Chereads / Dendam Terlahir Kembali / Chapter 12 - Apa Aku Harus Memanggilnya Nenek?

Chapter 12 - Apa Aku Harus Memanggilnya Nenek?

"Aku sudah pernah melakukan tes DNA pada Beinian dan dia benar adalah cucu kandungku."

Mendengar itu Li Haoqin tidak dapat berkata apa-apa lagi. Tapi saat kembali melihat wajah putrinya yang babak belur, dia tidak bisa tinggal diam dan berkata, "Pa, walaupun dia adalah cucu kandung papa tapi Li Kun juga merupakan cucu kandung papa. Lihat apa yang dilakukan oleh Li Beinian kepada Li Kun, Li Beinian harus bertanggung jawab!"

"Kamu ingin dia bagaimana?" tanya kakek Li sambil melihat ke wajah Li Kun.

Saat melihat wajah Li Kun yang babak belur kakek Li sedikit terkejut.

'Li Beinian memukul Li Kun dengan cukup kejam!"

Walaupun tidak sampai berdarah tapi seluruh wajah Li Kun terlihat lebam seperti buah anggur yang matang.

Setelah itu kakek Li melihat ke arah Li Beinian dan menyadari tubuhnya bersih dari luka dan terlihat baru saja selesai mandi.

Melihat kakek Li yang sedang menatapnya, Li Beinian hanya mengedip-ngedipkan matanya dengan wajah polos seolah tidak terjadi apa-apa.

Li Haoqin mengepalkan tangannya dan membentak, "Cepat berlutut dan minta maaf! Jika tidak aku juga akan memukulnya agar adil dan kita lihat apa di kemudian hari dia masih bisa bertingkah arogan seperti hari ini!"

"Paman, apa maksud paman?" tanya Li Beinian sambil melihat ke arah Li Haoqin, terlihat ekspresi marah di wajahnya kemudian dia melanjutkan perkataannya, "Aku bahkan tidak pernah berlutut di hadapan kakek dan sekarang paman ingin aku berlutut di depan putri paman? Memangnya apa kedudukan kak Li Kun di keluarga ini, apa dia lebih tinggi dari paman? Lebih tinggi dari kakek?"

"Jangan banyak bicara! Jika hari ini kamu tidak berlutut, aku akan membuat Li Kun memukulmu!" kata Li Haoqin.

Li Beinian dengan cepat melangkah mundur lalu bersembunyi di belakang tubuh kakek Li dan berkata, "Kek, paman kedua menakutkan. Tapi memangnya ada yang salah dengan perkataanku? Aku tidak pernah berlutut di hadapan siapapun, jika aku harus berlutut maka setidaknya aku akan berlutut kepada kakek atau orang yang jauh lebih tua dariku. Kalau aku tetap harus berlutut apa aku harus memanggilnya nenek?"

Mendengar perkataan Li Beinian seketika ekspresi wajah Li Haoqin berubah dan dia berkata, "Omong kosong!"

Kakek Li memiliki sifat yang santai dan tenang tapi untuk masalah senioritas baginya itu sangat sensitif.

Perkataan Li Haoqin telah melampaui batas sensitif kakek Li!

"Dasar tidak sopan!" wajah kakek Li seketika berubah, kemudian dia menghentakkan tongkatnya di atas lantai dan berkata, "Tunggu aku meninggal baru kamu bisa melakukan sesukamu! Saat aku masih hidup jangan berani-beraninya kamu melampaui diriku!"

Wajah Li Kun seketika menjadi pucat pasih, kemudian dengan panik dia berkata, "Kek, papa tidak bermaksud seperti itu!"

"Lalu apa maksudnya?" kata Li Beinian dengan sengaja membuat suasana menjadi semakin panas, lalu dia berkata lagi, "Kalian ayah dan anak selalu saja menindasku karena tidak ada seorangpun yang melindungiku. Sekarang ada kakek di sini, aku tidak takut apapun!"

Perkataan Li Beinian malah membuat kakek Li merasa senang.

Jelas-jelas Li Beinian sedang memanfaatkan keberadaan kakek Li, tapi kakek Li justru tidak keberatan sama sekali.

Li Kun malah semakin kesal, "Jelas-jelas kamu yang menindasku terlebih dahulu, dasar tidak tahu malu!"

"Tentu saja aku tahu malu, karena itu aku menjaga sikapku tidak seperti seseorang saat ini. Dengan begitu aku tidak akan kehilangan wajahku yang lebih cantik darimu." saat mengatakan itu Li Beinian tertawa kecil.

"Kamu…" Li Kun terlihat begitu marah, dia tidak mengira Li Beinian dapat mengatakan hal itu terlebih lagi menertawakannya.

Kemudian tiba-tiba dia membentak Li Beinian, "Apa gunanya wajah cantik jika hanya bisa memukul orang lain, tidak memiliki aturan. Itu hanya akan membuat keluarga Li malu!"

Perkataan itu membuat senyum di wajah Li Beinian menghilang.

Dan sebaliknya Li Kun terlihat senang.

Sejak umur 5 tahun Li Beinian sudah dijual, tentu saja perkataan itu melukai perasaannya.

Kemudian orang itu melanjutkan perkataannya, "Apa kamu tidak melihat ekspresi wajah keluarga Mu saat mereka melihatmu? Mereka seperti melihat seorang perempuan nakal!"