Chereads / Mata Ketiga / Chapter 36 - Menerima konseling

Chapter 36 - Menerima konseling

Su Rui tidak berhenti dan terus menggendongku sampai di UKS sekolah.

Jarak dari gedung kelas hingga ruang UKS kurang lebih 800m, di tambah lagi dia harus berlari menuruni tangga. Su Rui harus istirahat untuk waktu yang lama agar dapat mengembalikan energinya.

Luka di kakiku tidak serius, tapi Su Rui mengatakan kepada dokter UKS bahwa aku terlihat sangat ketakutan.

Aku memang tadi ketakutan, tapi sekarang aku sudah baik-baik saja.

Setelah merawat luka di kakiku, dokter UKS mengijinkan aku kembali untuk mengikuti pelajaran.

Su Rui membantuku bangkit berdiri.

"Tidak perlu, aku bisa jalan sendiri."

Saat itu wali kelasku baru tiba di ruang UKS dengan terengah-engah dan berkata, "Ibu menyuruh kamu pelan-pelan, kenapa kamu malah berlari secepat itu, kan berbahaya. Kamu adalah ketua kelas, kamu harusnya…"

Begitu wali kelasku masuk ke UKS dia berbicara panjang lebar mengenai keselamatan, sedangkan Su Rui hanya menganggukkan kepalanya sambil menunduk.

Aku kembali duduk di atas kursi karena aku tahu ini akan berlangsung cukup lama.

Aku yakin wali kelasku tidak memiliki kekasih, melihatnya terus berbicara mengenai keselamatan dan diulang-ulang, aku tidak yakin ada pria yang dapat menghadapinya.

Akhirnya aku tidak kembali ke kelas, wali kelasku menyuruhku untuk beristirahat di kamar asrama.

Penutup mataku masih ada di dalam kelas dan aku merasa tidak enak jika harus ke kelas hanya untuk mengambil itu. Akhirnya aku memutuskan untuk langsung kembali ke kamar asrama.

Tante penjaga asrama terus memandangiku sejak aku berjalan melewati jendela kamarnya.

Aku berjalan semakin cepat menuju kamarku, dan saat masuk, aku melihat Kak Yang Qin yang sedang berbaring di atas kasurku. Dia menggoyang-goyangkan kakinya sambil membalik halaman novel yang aku pinjam dari perpustakaan minggu lalu.

Memang aku yang meminjam novel itu, tapi aku bahkan belum membacanya karena setiap malam Xu Zixi selalu menggangguku dan saat siang hari aku harus mengikuti pelajaran.

"Kak Yang Qin." panggilku.

Dia menurunkan novel itu dari wajahnya kemudian melihatku sebentar dan hanya berkata "Hm" dan kembali membaca novel itu.

Aku berjalan ke arahnya, memintanya untuk bergeser.

Aku sebenarnya sangat lelah dan ingin berbaring di kasurku.

Tapi Kak Yang Qin tidak bergeser sedikitpun, malah masih asik membaca buku itu.

Akhirnya aku menggeser tubuhnya agar aku dapat berbaring di sebelahnya.

Kemudian Kak Yang Qin menutup novel itu, dia memiringkan badannya dengan satu tangan menyangga kepalanya kemudian melihat ke arahku. Terlihat senyum menyeringai di wajahnya.

"Teman sekelasmu itu sepertinya sangat panik melihatmu."

Kak Yang Qin mulai lagi.

"Su Rui hanya teman sekelasku, dia hanya perhatian kepadaku karena aku temannya."

"Apakah dia suka denganmu?" tanya Kak Yang Qin.

Aku membasahi bibirku kemudian berkata terus terang, "Itu tidak seperti yang kakak bayangkan."

Kak Yang Qin tersenyum dan berkata: "Yang benar? Kalau begitu aku akan mencoba melempar seorang gadis dari atap, kita lihat apakah dia akan sepanik tadi."

"..."

Perkataan Kak Yang Qin membuatku tidak bisa berkata-kata. Dia melihat wajahku yang terdiam.

Dan Kak Yang Qin tidak berkata apa-apa lagi.

Dia kembali berbaring dan mengulurkan sebelah tangannya di belakang kepalaku. Aku tidak melawannya, sebenarnya aku cukup menyukainya saat dia memelukku seperti ini. Tapi kasur ini terlalu kecil jadi terasa sedikit sesak.

Aku menutup mataku, tak lama kemudian aku mendengar suara langkah seseorang mengenakan sepatu hak tinggi dari arah koridor. Suara langkah kaki itu berhenti tepat di depan kamarku, kemudian diikuti suara decit pintu yang sedang dibuka perlahan.

Aku lupa kalau aku tidur di kasur paling bawah, sehingga saat aku bangkit duduk kepalaku terbentur kasur atas.

"Sixi, bagaimana keadaanmu?" terdengar langkah kaki mendekat dan pintu kamar yang sedang ditutup, itu adalah wali kelasku.

Saat mendengar langkah kaki di koridor sebenarnya aku sudah tahu bahwa itu dia.

Dia melihatku dengan tatapanan khawatir sambil berjalan menuju arahku.

Aku bergeser agar wali kelasku dapat duduk di sebelahku.

Setelah dia duduk di sebelahku, ia mengambil nafas panjang dan berkata, "Sixi, sekolah kita ini adalah sekolah ternama. Di sekolah kita ada seorang guru bernama Pak Wu yang menguasai bidang psikologi…"

Saat wali kelasku menyebutkan kata "Psikologi" aku langsung mengetahui kemana arah percakapan ini.

Wali kelasku merasa ada yang tidak beres dengan diriku sehingga menyuruhku datang menemui Pak Wu untuk dapat melakukan konseling.

Memang sebaiknya aku pergi, lagi pula seluruh teman sekelasku pasti sudah mengira aku sudah gila. Jika aku mengikuti konseling ini, teman sekelasku akan merasa lebih nyaman.

"Jadi selama 2 minggu kedepan, setiap hari saat jam istirahat kamu pergi ke UKS untuk bertemu dengan Pak Wu itu ya."

Aku menganggukkan kepala dan menjawab: "Baik bu."

Wali kelasku menepuk-nepuk pundakku, meyuruhku beristirahat kemudian bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan kamar asramaku.

Ketika bayangannya mulai tidak terlihat, kak Yang Qing terlihat tidak senang dan berkata, "Kamu mau melakukan konseling?"

"Mengapa tidak?"

"Kamu kan tidak memiliki kelainan mental."

"Semua orang pasti mengira aku memiliki kelainan mental setelah kejadian hari ini. Aku hanya akan berpura-pura datang konseling agar semuanya tidak kacau. Kalau tidak, bisa-bisa aku dikeluarkan dari sekolah."

Aku berbicara sejujurnya, sekarang abad ke 21 dimana ilmu teknologi dan ilmu kedokteran sudah sangat maju, tidak ada orang yang percaya tentang hal-hal supranatural.

Aku tidak berbicara lagi, kemudian dia mengulurkan tangannya lagi dan menarikku hingga aku berbaring lagi dan kembali tidur.

Menempel pada tubuh Kak Yang Qin yang dingin membuatku gemetar.

Dia membuka matanya dan melihat ke arahku, setelah terdiam beberapa saat dia bertanya, "Belum terbiasa?"

Aku menggelengkan kepalaku.

Dia melepaskanku kemudian turun dari tempat tidurku. Mengambil novel yang tadi dia baca dan mulai membalik-balikkan halamannya, kemudian bergumam, "Kamu tidur saja, aku tidak akan mengganggumu."

"Tidak apa-apa."

Aku takut dia mengira aku tidak menginginkan keberadaannya, aku kemudian menarik ujung bajunya tapi dia tetap bersikeras berkata, "Kamu tidur saja, jangan menghiraukanku."

Akhirnya aku menyerah dan melepaskan ujung bajunya. Aku kembali menutup mataku.

Xu Zixi masih ada di atap karena jimat yang yang menempel di kepalanya membuatnya tidak bisa bergerak. Tapi dengan adanya Kak Yang Qin di sebelahku membuatku merasa semakin merasa aman.

Aku dapat tidur dengan damai hingga bermimpi. Kali ini aku tertidur cukup lama hingga malam hari, hingga Cheng Fengfeng kembali dari belajar sendiri di sekolah.

Aku terbangun karena mendengar suara Bai Xiaomeng. Saat membuka mataku, Kak Yang Qin sudah tidak ada di sebelahku.

Saat melihatku, Cheng Fengfeng menyodorkan penutup mataku dan berkata, "Ini, aku membawakan penutup matamu."

Aku mengucapkan terima kasih sambil turun dari kasur.

Aku mengambil peralatan mandiku dari bawah kasur dan bersiap untuk mandi.

Cheng Fenfeng bergegas memegang tanganku dan berkata, "Tunggu aku, kita pergi bersama."

Mendengarnya mengatakan itu membuatku kebingungan.

Tentu saja aku merasa sangat senang. Sulit dipercaya bahwa dia mau pergi bersamaku.

Setiap setelah selesai jam malam untuk belajar sendiri di sekolah, gedung asrama selalu ramai.

Perempuan di asrama selalu berkelompok 3 sampai 5 orang yang kemudian mulai berbicara disaat yang bersamaan, bahkan saat membicarakan gosip suara mereka akan semakin keras.

Setelah tiba di kamar mandi, Cheng Fengfeng mengambil air sambil bertanya kepadaku, "Kamu akan pergi ke UKS setiap hari untuk melakukan konseling?"

"Bagaimana kamu bisa tahu?" tanyaku kaget.

Cheng Fengfeng tertawa kecil dan berkata, "Berita kecil seperti ini bagaimana mungkin aku tidak mengetahuinya."

"..."

Aku tidak menyangkan bahwa berita tentang aku akan melakukan konseling akan begitu cepat menyebar di seluruh sekolah.

Tapi tidak aneh juga, lagipula sekolah melakukan ini agar para siswa dapat merasa lebih tenang.