Aku berlari meninggalkan rumah Sha Er. Teriknya matahari membuat seluruh bajuku basah kuyup karena keringat.
Saat tiba di rumah tante Ji Li sedang menyiapkan makan siang. Ketika melihatku, tante Ji Li terdiam sejenak dan bertanya, "Dimana penutup matamu?"
Dengan nafas terengah-engah, aku meraih penutup mata dari kantongku dan mengenakannya. Kemudian tante Ji Li berkata, "Kamu mandi dulu, lihatlah seluruh tubuhmu basah oleh keringat."
Aku takut bercerita tentang keadaan Sha Er, tapi aku tidak dapat menahan diri untuk tidak bertanya kepada tante Ji Li, "Tante, tante sudah mendengar bahwa di rumah kepala desa ada sebuah peta besar-besaran, pesta itu berhubungan dengan….. Sha Er."
Tante Ji Li membalikkan badannya dan meneruskan memasak, "Iya tante mendengarnya."
"Tante tidak merasa ada sesuatu yang aneh?"
"Tentu saja aneh, tapi itu tidak ada hubungannya denganmu. Cepat pergi mandi lalu makan siang."
"Oh…"
Setelah selesai mandi aku mengenakan penutup mata yang baru. Kemudian makan siang bersama tante Ji Li sebelum tante Ji Li kembali bekerja.
Tante Ji Li bekerja di sebuah pabrik di kota. Pabrik itu memproduksi peralatan makan. Gaji yang diterima tante Ji Li bergantung dengan jumlah barang yang dihasilkan. Demi menghidupiku, tante Ji Li selalu bekerja lembur setiap hari. Lokasi pabrik tidak jauh dari desa, jika menggunakan sepeda motor hanya perlu waktu 10 menit untuk tiba di pabrik. Pada jam makan siang tante Ji Li akan pulang untuk memasakkan aku makanan. Kami juga memiliki beberapa petak sawah, sehingga hidup kami tidak kekurangan.
Tante Ji Li juga terkadang membantu orang-orang sebagai mak-comblang. Tante Ji Li cukup terkenal bahkan hingga di luar desa.
Setelah kelahiranku, ayahku tidak pernah datang untuk melihatku. Kami masih tinggal dalam satu desa, terkadang dapat bertemu tanpa disengaja. Namun setiap bertemu denganku, ayah seolah melihat hantu dan berusaha sebisa mungkin untuk menghindariku.
Kata tante Ji LI sejak kecil ayah bukanlah seorang pemberani. Penduduk desa biasa mengejeknya dengan memanggilnya Ji Dadan (Dadan berarti memiliki keberanian yang besar). Tentu saja julukan itu berlawanan dengan kenyataan yang ada.
AKu tidak berharap ayah dapat menerimaku, lagi pula dia juga bukan orang yang merawatku hingga saat ini. Dia takut kepadaku sehingga dia selalu berusaha menghindariku.
Dua hari sejak pesta yang diadakan di rumah kepala desa, ada anjing yang menghilang. Desa ini tidak besar, jadi rumor atau berita akan menyebar dengan sangat cepat.
Hari sudah malam, aku sedang menonton televisi sedangkan tante Ji Li sedang memasak. Nyonya Wang, yang merupakan tetangga sebelah rumah, datang.
Dia datang untuk meminjam telur. Tidak sedikit orang yang datang ke rumahku untuk meminjam barang, dan semuanya selalu meminjam barang yang tidak dapat dikembalikan.
Tante Ji Li menjawabnya, "Aku tidak punya telur, aku juga sedang memesannya tapi belum datang."
Nyonya Wang kemudian tiba-tiba tertawa dan bertanya, "Ji Li, apakah kamu sudah mendengar, beberapa malam terakhir, anjing di desa sering hilang? Dan masih ada hal lain yang terjadi."
"Apa itu?"
"Aku juga hanya mendengar desas desus saja, namun ada orang yang melihat anjing-anjing itu di rumah kepala desa. Seluruh anjing itu seperti dikuliti dan tubuhnya terpotong-potong."
Aku melihat ke arah nyonya Wang
Tante Ji Li terlihat tertarik dengan rumor yang diceritakan Nyonya Wang dan bertanya, "Apa berita itu benar?"
Nyonya Wang berkata: "Aku juga hanya mendengar dari pembicaraan orang lain, tapi seluruh orang penting di desa mengetahui berita ini. Aku rasa ada sesuatu yang tidak biasa dengan kasus hilangnya anjing-anjing di desa ini."
Nyonya Wang sepertinya tidak sedang berbohong, karena di desa ini Nyonya Wang memiliki reputasi sebagai salah satu pembawa berita yang dapat dipercaya. Aku menduga bahwa kejadian ini berhubungan dengan Sha Er; lebih tepatnya ada hubungannya dengan hantu yang merasuki Sha Er.
Aku tidak tahu siapa sebenarnya hantu yang merasuki Sha Er, darimana dia berasal dan bagaimana dia dapat menculik anjing-anjing di desa bahkan hingga menguliti dan memotong-motong mereka.
Benar-benar sungguh kejam.
Nyonya Wang dan tante Ji Li berbicara sebentar. Setelah itu nyonya Wang bergegas pulang untuk memasak.
Diam-diam aku menyelinap keluar untuk merobek simbol yang ditempel tante Ji Li di pintu.
Semoga malam ini kak Yang Qin datang sehingga aku dapat bertanya-tanya mengenai cara menggunakan cincin perak ini untuk dapat mengusir hantu yang merasuki Sha Er.
Setelah makan, aku pergi ke kamar untuk berbaring.
Tante Ji Li membakar wewangian dan berdoa. Selesai itu ia langsung kembali ke kamar dan tidur.
Rumah menjadi sangat sunyi, keadaan desa juga sangat sunyi. Terkadang dapat terdengar suara langkah kaki, tapi seketika suara itu menghilang.
Anjing-anjing di desa menghilang dalam beberapa malam terakhir ini, sehingga aku sudah lagi tidak mendengar suara lolongan anjing.
Aku melihat gelapnya malam melalui jendela kamarku sambil memikirkan kak Yang Qin, berharap dia akan segera muncul.
Tapi ternyata bukan kak Yang Qin yang datang, melainkan hantu wanita dengan rambut panjang yang terurai.
Hantu wanita itu mengenakan terusan berwarna putih, rambutnya hitam panjang hingga menutupi sebagian wajahnya. Dia masuk ke kamarku tanpa menimbulkan suara sedikitpun. Dengan cahaya bulan, aku hanya dapat melihat benda putih mendekat ke arahku.
Aku memejamkan mataku dan meringkuk diatas ranjangku dengan punggungku menyandar ke tembok..
Terdengar suara dari arah ranjang kamarku seolah ada yang baru saja duduk di atasnya.
Aku menelan air ludahku dan mempersiapkan diriku untuk mengintip melalui mata kananku, seperti memiliki suatu firasat.
"Ji Sixi."
Aku mendengar suara seorang wanita dari kejauhan memanggil namaku. Aku merasa sebuah tangan yang dingin menekan pundakku. Aku berteriak ketakutan dan genggaman tangan yang memegangku pun terlepas..
"Hei!"
Aku mendengar suara lampu dinyalakan dan tak lama kemudian pintu kamarku terbuka.
Perlahan-lahan aku membuka mataku dan melihat cahaya memasuki ruangan melalui celah pintu yang terbuka. Aku dapat melihat bayangan tante Ji Li dengan wajahnya yang tegang sedang memandangiku.
"Sixi kamu kenapa?"
Aku melihat ke sekelilingku, bayangan hantu wanita itu sudah tidak terlihat lagi.
Aku menghela nafas dengan lega, kemudian duduk di atas ranjangku. Sekujur tubuhku basah oleh keringat dingin.
"Tidak apa-apa tante, aku hanya mengalami mimpi buruk."
Aku sengaja tidak mengatakan yang sebenarnya terjadi karena bila aku memberitahu tante Ji Li bahwa ada hantu yang masuk ke dalam rumah, tante Ji Li pasti akan memeriksa simbol yang dia tempelkan di pintu. Jika tante Ji Li mengetahui simbol itu sudah tidak ada dia pasti akan menempelkan simbol yang baru, dengan begitu nanti kak Yang Qin tidak akan dapat masuk.
Tante Ji Li melihatku dengan wajah khawatir dan berkata, "Apa kamu mau tante temani tidur?"
"TIdak, tidak perlu tante."
"Kamu yakin tidak apa-apa tidur sendirian?"
Aku mengangguk, mengiyakan tante Ji Li. Saat melihat tante akan kembali ke kamarnya aku cepat-cepat bertanya: "Tante, bagaimana caranya aku dapat menemui Kak Yang Qin? Aku ingin bertemu dengannya."
Tante Ji Li tertegun mendengar pertanyaanku, dia memasang senyum yang terlihat dipaksakan dan menjawab: "Untuk apa kamu ingin bertemu dengannya?"
"Aku… Aku hanya ingin bertemu dengannya."
"Kamu sudah tidak takut dengannya?"
"Aku masih takut."
Tetapi aku lebih takut dengan hantu-hantu lain, kak Yang Qin merupakan hantu paling tampan yang pernah aku temui. Dia tidak pernah menakut-nakutiku, aku juga merasa dia tidak akan melukai aku. Lagi pula aku sudah menikah dengan kak Yang Qin, jadi dia tidak mungkin melukaiku.
Aku pun belum bertanya dengan jelas mengenai cincin perak ini, mana mungkin pikiranku dapat tenang sebelum bertemu dengannya. Sha Er juga mungkin diam-diam membunuh anjing-anjing di desa. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin dia dapat melakukan hal yang lebih mengerikan dari ini.
Tante Ji Li sempat terlihat ragu-ragu untuk meninggalkanku sendirian, kemudian dia bergumam, "Sudah kamu tidur saja, jangan memikirkan hal yang aneh-aneh."
Aku tidak membalas apapun. Tante Ji Li menutup pintu kamarku, kemudian aku mendengar suara tante Ji Li mematikan lampu dan sekali lagi seluruh ruangan kembali menjadi gelap gulita.
Walaupun belum pukul 9 malam, aku merasa seolah sudah tengah malam.
Udara dingin yang aku rasakan di dalam kamar membuatku gemetar kedinginan.
Aku menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhku, aku tidak peduli walaupun tubuhku berkeringat karena panas.
"Sixi… Sixi…"
Siapa lagi yang memanggilku kali ini?!
Dengan seksama aku mendengarkan suara yang memanggilku dengan pelan. Ternyata suara itu berasal dari luar kamarku.
Aku merasa suara yang memanggilku tidak asing dan dari luar jendela aku dapat mendengar ada yang berkata, "Hei."
Batu kecil mengenai jendela kamarku.
"Sixi cepat keluar, ini aku si gendut."
Setelah mendengar itu, perlahan aku membuka selimutku dan terdengar suara itu menjadi lebih jelas. Benar, suara si gendut.
Aku memperhatikan sekeliling kamarku dan tidak melihat adanya tanda-tanda hantu.
Aku turun dari ranjang dan mengambil senter yang berada di meja kecil sebelah ranjangku, kemudian diam-diam menyelinap keluar rumah.
Si gendut berdiri di halaman rumahku.
Dia tidak datang seorang diri, ada Lin Xiao dan Ziyan juga.