Chereads / Mata Ketiga / Chapter 14 - Jangan takut, ada aku disini

Chapter 14 - Jangan takut, ada aku disini

Aku melihat ke arah gudang dimana Sha Er dan si gendut berada. Dari kejauhan aku dapat mendengar suara rintihan. Seketika itu juga aku berlari menuju gudang tersebut.

Aku tidak tahu apa yang baru saja kuinjak, tapi aku merasa sakit pada kakiku.

Aku menghela nafas dan berjalan selangkah demi selangkah menyeret kakiku yang sakit menuju ke gudang.

Keadaan di dalam gudang itu sangat kacau. Aku melihat si gendut sedang duduk di lantai sambil memegangi mayat anjingnya dan menangis. Sedangkan Lu Xi dan Sha Er saling bertatap pandang.

Lantai gudang itu dipenuhi dengan darah. Ada banyak lalat beterbangan di sekitar mayat anjing si gendut yang telah dikuliti dan tercium aroma menyengat yang sangat tidak sedap.

Aku menutup mulut dan hidungku, dan melangkah mundur.

Sekilas Lu Xi melihat ke arahku, kemudian dia kembali menatap Sha Er dan dengan nada dingin berkata, "Ikut denganku!"

Sha Er mengangkat alisnya dan perlahan wajahnya berubah seperti wajah hantu yang merasuki Sha Er. "Tidak akan!" katanya dengan nada tinggi dan bergegas menyerang Lu Xi.

Lu Xi tidak menunjukkan reaksi apapun. Tangannya yang besar sedang mencari sesuatu dari kantongnya. Di saat yang tepat, Lu Xi mengeluarkan sebuah pisau berwarna hitam dan melemparkannya ke arah Sha Er.

Sha Er tidak dapat mengelak dari pisau yang dilemparkan Lu Xi ke arahnya dengan kecepatan tinggi. Pisau itu tertancap ke dada Sha Er, dia merintih kesakitan dan terjatuh. Seketika itu juga, hantu yang merasuki Sha Er pun langsung keluar dari tubuh Sha Er. Memang benar dia adalah hantu laki-laki yang kutemui di pemakanan. Dia memandang Lu Xi dan berkata, "Beraninya kamu ikut campur dengan urusanku."

Lu Xi dengan wajahnya yang dingin kembali mengeluarkan pisau dari dalam kantongnya dan melemparkannya ke arah hantu itu.

Setelah keluar dari tubuh Sha Er hantu itu menjadi lebih lincah sehingga dia dapat menghindar dari lemparan pisau Lu Xi.

Walaupun aku sudah membuka mata lebar-lebar, tapi aku tetap tidak bisa melihat dengan jelas gerakannya hingga bisa menghindar dari lemparan pisau Lu Xi. Aku mengedip-ngedipkan mataku berusaha agar dapat melihat lebih jelas. Dan saat aku sudah dapat melihat dengan jelas, aku terkejut melihat hantu itu sudah berdiri tepat di depanku. Dia langsung mencekik leherku hingga tubuhku terangkat dan kakiku tidak dapat menyentuh lantai.

Dia mencekikku dengan sangat erat hingga dalam sekejap aku tidak dapat bernafas.

"Lepaskan aku."

Aku berusaha menendang dan melepaskan diri tapi semua itu sia-sia.

Wajahnya yang putih seperti tidak ada darah yang mengalir dalam tubuhnya perlahan terlihat retak, membuatnya menjadi semakin menakutkan.

"Kamu hingga akhir masih saja berani mencari masalah. Memang kamu mencari mati!" terdengar suara Lu Xi yang bernada dingin. Lu Xi menarik sebuah pedang hitam yang memancarkan cahaya perak dari belakang punggungnya.

Aku sesak nafas hingga kesulitan membuka mataku. Tiba-tiba hantu itu melempar aku hingga aku terpental jauh. Aku dapat merasakan tubuhku membentur tembok hingga meninggalkan lubang besar di tembok gudang itu.

Aku terlempar hingga keluar gudang. Sekujur tubuhku terasa sakit seperti seluruh tulang tubuhku patah.

Awalnya aku mengira aku tidak akan dapat hidup lagi setelah merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhku. Namun, tiba-tiba sepasang tangan yang dingin mengangkat dan menggendongku.

Aku menahan rasa sakit hingga memejamkan mata dengan erat. Saat aku membuka mata, aku melihat wajah kak Yang Qin.

Dia sedang menggendongku dan memandangku, dan dengan suara lembut berkata, "Jangan takut, ada aku disini."

Sebenarnya perasaan sakit yang kurasakan di seluruh tubuhku lebih hebat daripada perasaan takutku saat ini. Aku belum pernah merasakan rasa sakit seperti ini. Aku dilempar dari sebuah ruangan kecil hingga meninggalkan lubang pada tembok, mana mungkin itu tidak menyakitkan.

Dia dengan erat menggendongku, ia juga melihat kakiku yang kotor lalu berbalik badan seolah tidak memperdulikan apa yang terjadi di dalam gudang itu dan berjalan pergi.

Aku kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi, namun aku tertidur seperti bayi saat digendong oleh kak Yang Qin. Saat aku terbangun aku sudah terbaring di atas kasur kamarku. Seluruh tubuhku masih kesakitan. Kak Yang Qin duduk di atas kasurku sambil mengelap kakiku yang kotor.

Kamarku hanya diterangi oleh lampu kecil di sebelah kasurku, sehingga pencahayaan di kamarku cukup redup.

Aku berusaha bangkit untuk duduk.

Kak Yang Qin membantuku untuk duduk, tidak terlihat sedikitpun senyuman di wajahnya.

"Semuanya sudah selesai." kata kak Yang Qin

Aku membuat suara "Hmm" dan kemudian bertanya, "Bagaimana dengan si gendut dan Sha Er?

"Mereka baik-baik saja."

Aku tidak bertanya lebih lanjut karena energiku telah banyak tersita dan membuatku kelelahan.

Aku kembali berbaring dan menutup mataku untuk kembali tidur. Aku dapat merasakan tubuhnya yang dingin sedang memelukku dengan erat, tubuhku serasa sedang menempel dengan sebongkah es yang sangat dingin.

Malam semakin larut, tangan kak Yang Qing yang menepuk-nepuk pundakku dengan lembut berusaha membantuku tertidur.

Malam itu aku bermimpi buruk. Dalam mimpiku hantu laki-laki yang merasuki Sha Er sedang mengejarku, kemudian Lu Xi mengeluarkan sebuah pedang dan menusukkannya ke dada hantu itu. Anjing si gendut menangis tanpa henti...

Saat aku terbangun aku melihat langit sudah terang.

Aku bangun dari tempat tidurku. Aku dapat melihat cahaya matahari masuk melalui celah jendela dan mendengar suara burung berkicau dengan merdu.

Aku meregangkan badanku dan rasa sakit kembali menjalar ke seluruh tubuhku.

"Sixi, bangun!"

Tante Ji Li berteriak dari luar kamarku.

Aku kembali mengeluarkan suara "Hmm" cukup keras untuk mengiyakan tante Ji Li, dan kemudian perlahan turun dari kasur untuk mandi.

Tante Ji Li masih tidak mengetahui apapun. Setelah sarapan bersama, tante Ji Li naik sepeda untuk pergi bekerja.

Aku sendirian di rumah. Karena tidak ada hal yang dapat kulakukan, aku kembali berbaring di atas kasurku dan tertidur. Tiba-tiba aku terbangun karena mendengar suara si gendut memanggil namaku dari arah pekarangan.

Si gendut memberitahuku bahwa sekarang Sha Er telah kembali seperti semula. Kepala desa telah menghancurkan gudangnya dan mengubur seluruh mayat anjing yang ditemukan. Kemudian ia pergi ke rumah penduduk yang kehilangan anjing mereka.

"Bagaimana keadaan Sha Er sekarang?" tanyaku padanya.

Dia tertawa dan menjawab, "Sama seperti yang dulu."

Aku menghela nafas lega. Walaupun aku tidak tahu bagaimana keadaan hantu itu sekarang, tapi semua telah kembali normal seperti semula. Aku hanya bisa berpikir bahwa Lu Xi telah menaklukan hantu itu.

"Malam ini kepala desa mengundang pendeta Tao, apa kamu mau pergi?" tanya si gendut.

Aku menggelengkan kepada. Aku merasa lebih baik tidak berurusan dengan hal-hal seperti itu lagi, aku tidak ingin kejadian seperti kemarin terulang kembali.

"Sepertinya kepala desa hanya ingin melakukan upacara pengusiran hantu. Kamu juga bisa meminta pendeta itu untuk membuang semua kesialanmu."

Aku tidak berbicara apapun. Tiba-tiba wajahnya menjadi gelap dan suram teringat dengan anjingnya, "Tapi anjingku sudah mati, aku terlambat menyelamatkannya. Kemarin malam ada yang tidak beres. Saat Sha Er ingin membunuh anjingku, dia terlihat seperti orang gila. Seorang diri di dalam ruangan itu sambil menguliti anjingku hidup-hidup. Mengingat kejadian itu membuatku gemetar ketakutan."

Si gendut mengatakannya dengan tertawa seolah menterawakan tingkah laku Sha Er yang aneh. Aku hanya dapat tersenyum pahit.

Si gendut tidak dapat melihat kak Yang Qin dan Lu Xi, jadi dia hanya melihat Sha Er seperti sedang berbicara sendiri.

Malam itu aku tidak datang ke rumah kepala desa, tante Ji Li juga tidak mengijinkan aku datang kesana. Tante Ji Li bilang pendeta Tao itu hanyalah seorang penipu.

Hari itu tante Ji Li meluangkan waktu untuk pergi ke rumah kepala desa dan menjenguk Sha Er. Tante Ji Li bilang bahwa tidak ada yang salah dengan Sha Er, sehingga tidak perlu mencari orang untuk melakukan pengusiran hantu. Tapi kepala desa tidak mendengarkan ucapan tante Ji Li. Ia malah memberikan amplop merah kepada penipu itu dan tetap memintanya melakukan pengusiran hantu.

Akhirnya masalah Sha Er yang kerasukan hantu telah benar-benar berakhir, desaku pun kembali menjadi tenang. Musim demi musim berlalu dan kak Yang Qin tidak menampakkan dirinya lagi.

Aku lulus tes dan berhasil masuk ke suatu SMP di kota. Hari pertama datang ke sekolah aku menjadi orang asing di mata teman-teman sekelasku.

Tidak sedikit para siswa yang mendengar berita tentang desaku. Teman-teman yang tinggal satu asrama denganku setiap hari ribut ingin pindah ke kamar asrama yang lain, mereka melihatku seperti melihat hantu.

Semua orang berusaha menjauhiku, membuatku selalu seorang diri.