"Tidak..." Yan Siyi menggelengkan kepalanya, seolah takut kakaknya tidak akan memercayainya. Dia buru-buru menambahkan, "Benar-benar tidak!"
Yan Sier menatap Yan Siyi dalam-dalam dan mengangguk, "Ayo, lanjutkan makan…"
"Oke..." ucap Yan Siyi.
Setelah makan malam, Yan Siyi duduk di ruang tamu dan menonton serial televisi yang membosankan, tetapi pikirannya masih berputar pada Shao Gubei dan kehidupan kecil di perutnya. Semakin memikirkannya, semakin dirinya merasa kesal. Akhirnya, dia bangun dan bersiap kembali ke kamar. Tiba-tiba, telepon rumah berdering. Yan Siyi terdiam sejenak, entah kenapa, jantungnya tiba-tiba menjadi tegang.
"Yiyi, angkat teleponnya," ujar Yan Sier yang sedang membereskan barang-barang di dapur.
"Oke… Oke…" Yan Siyi mengangguk dengan datar. Tangannya yang memegang gagang telepon agak kaku.
"Halo…" Entah kenapa, Yan Siyi merasa sedikit gugup, dia pun menjawab dengan pelan.
