Rasa sakit yang dialami Yan Siyi pun semakin lama semakin kuat. Tubuh kecilnya gemetar setiap saat. Selain rasa sakit, dia tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Sungguh, ini sangat sakit baginya.
Yan Siyi menggigit bibirnya yang pucat, berusaha untuk tidak membiarkan dirinya menangis kesakitan. Saat rasa sakit di bawah tubuhnya terus meningkat, giginya yang menggigit bibirnya juga semakin dalam, hingga terdapat bekas gigi yang dalam di bibirnya yang pucat. Alisnya dikerutkan sangat dalam dan kabut air secara bertahap berkumpul di matanya yang jernih. Tapi, kabut itu tidak berubah menjadi air mata.
Yan Siyi bisa dengan jelas merasakan luapan kemarahan pria itu pada tubuhnya, seolah-olah ada kontradiksi dan pemberontakan yang dalam. Shao Gubei terus menciumnya, tapi hanya terbatas pada matanya yang penuh dengan kabut air.