Ningyuan bertanya, dalam hatinya ia merasa sedikit khawatir.
Su Meiya sama sekali tidak menyangka, Ningyuan akan langsung bertanya, ekspresinya tampak sedikit kaku.
Jika Su Meiya memberitahu Ningyuan bahwa ia sengaja membiarkan Wei'ai diperkosa oleh pengawal, pasti akan membuat Ningyuan membencinya!
Sambil tersenyum, Su Meiya berusaha untuk mengalihkan pembicaraan: "A Yuan, lihat jari tanganku, benar-benar sangat sakit! Jika aku tahu kamu ada di pulau, aku akan memintamu untuk merawatku...."
Saat Su Meiya berbicara, Ningyuan sama sekali tidak mau peduli untuk mendengar. Ningyuan lanjut berjalan ke depan, ingin segera memasuki ruang bawah tanah.
Pada saat yang sama, Su Meiya juga cepat-cepat jalan ke depan, mengulurkan tangannya untuk menghentikan Ningyuan: "A Yuan, kamu jangan turun! Di bawah ada gadis pelayan yang sangat jahat, dialah yang mematahkan jari tanganku! Aku membiarkan pengawal memberi dia sedikit pelajaran...."
"Ahhh——"
Ucapannya belum selesai, dari bawah terdengar suara teriakan.
Padahal terpisah satu lantai, tetapi karena pintu masuk tidak tertutup, jadi orang di atas bisa mendengar suara teriakan itu. Teriakan itu terdengar sangat putus asa, menusuk kedalam hatinya, luar biasa menyakitkan.
Tubuh Ningyuan seketika kaku, wajahnya yang biasanya lembut terlihat sangat dingin.
Ningyuan menundukkan kepala, dengan penuh amarah memelototi Su Meiya: "Apa yang sebenarnya kamu lakukan?!"
Su Meiya terkejut, dalam hati merasa kesal kenapa tadi lupa menutup pintu masuk, hingga sekarang terjadi hal yang berada diluar dugaannya.
Ningyuan di depannya tidak lagi mempedulikan Su Meiya, melainkan langsung menarik pintu masuk dan masuk kedalam ruang bawah tanah.
Dengan cepat tubuh Ningyuan yang tinggi menghilang dari depan mata Su Meiya.
Kali ini Su Meiya sama sekali tidak mengerti, meskipun Su Meiya menghukum Wei'ai, tetapi melihat reaksi Ningyuan… Bukankah Ningyuan sedikit keterlaluan?
***
Di dalam ruang bawah tanah, situasinya sangat gawat.
Setelah kepergian Su Meiya, di dalam ruangan bawah tanah yang luas, hanya tersisa Wei'ai yang sedang diikat dan juga kedua pengawal.
Wei'ai menatap kedua pengawal itu yang sedang memandanginya seperti serigala lapar yang hendak memakan mangsa mereka. Mata Wei'ai penuh dengan keputusasaaan. Kedua pengawal itu maju selangkah demi selangkah mendekat ke arahnya dan ingin memaksa Wei'ai.
"Tidak! Jangan kemari… Kumohon…"
Kedua tangannya yang terikat, sama sekali tidak bisa lepas, punggungnya bersandar pada tiang kayu.
Tanpa daya, Wei'ai hanya bisa sambil meronta sambil dengan susah payah memohon.
Tetapi tampaknya, suara memohon yang terdengar di telinga mereka, semakin membuat mereka bergairah!
Kedua orang itu maju kedepan, kemudian mulai turun tangan. Salah satu diantara mereka bahkan segera mencium lehernya. Perasaan jijik muncul dari dalam hati Wei'ai. Wei'ai memelototinya sambil teriak.
Akhirnya, dengan perasaan benci yang mendalam, Wei'ai menundukkan kepalanya, kemudian menggigit telinga lelaki itu.
"Ahhh——"
Lelaki itu berteriak kesakitan, sambil memegang telinganya yang berdarah kemudian dia mundur satu langkah ke belakang.
"Sialan!Kau berani menggigitku——"
Sambil berkata, lelaki itu kemudian mengangkat tangannya, dan menampar wajah Wei'ai. Setelah itu, tatapan matanya mengarah ke depan, dalam matanya terpancar sorot kebenciannya.
Tempat ini secara formal disebut ruang bawah tanah, tetapi sesungguhnya merupakan ruang hukuman. Di sini tersedia berbagai macam alat untuk menghukum. Lelaki itu kemudian maju dan mengambil cambuk. Setelah itu membalikkan badannya, dengan kuat dia memukul ke arah tubuh Wei'ai, suara pukulan itu juga terdengar sangat keras.
"Hei, jangan terlalu keras! Kita masih belum selesai main dengannya, selesai bermain dengannya, kalau mau memukulnya juga tidak terlambat, akan sangat sayang jika kamu memukul dia sekarang…."
Pada saat ini, lelaki yang lain membuka mulut untuk mengingatkannya.
Wei'ai merasakan seluruh tubuhnya terasa luar biasa sakit seperti terbakar api, hampir saja dia pingsan. Tubuhnya tidak sanggup untuk menahan rasa sakit itu , dia lalu jatuh terduduk di atas lantai.
"Lepaskan dia, kita akan bermain lebih puas!"
Melihat pakaian gadis itu yang sudah koyak, rambut panjangnya yang berantakan, kulitnya yang halus terlihat penuh dengan darah akibat cambukan, seperti bunga darah yang mekar di atas salju, tampak memikat.
Mereka sedang terpikat dengan pemandangan itu dan air liur mereka menetes.
Wei'ai yang terlepas dari ikatan tali, sekuat tenaga berdiri dari lantai untik lepas dari tangan mereka, jatuh bangun dia lari menuju ke arah pintu. Sayangnya, pintu itu ditutup dari luar, sama sekali tidak bisa dibuka. Mata Wei'ai melihat kebelakang, dan melihat mereka berjalan ke arahnya dengan senyuman yang mengejek.
"Coba saja lari! Lihat kau bisa lari ke mana?" Ucap lelaki yang telinganya telah digigit oleh Wei'ai.
Wei'ai melihat mereka, kemudian tertawa menyedihkan. Ketika rasa putus asa sudah berada di puncak, Wei'ai dengan cepat ke depan tempat alat-alat hukuman. Dia lalu mengambil sebuah pisau dan menggenggamnya dengan erat.
Kedua pengawal itu hanya tertawa mengejek, sama sekali tidak merasa takut.
Mereka sudah dilatih, meskipun bisa dibilang cara mereka sadis, tetapi untuk menghadapi gadis kecil ini, sama sekali tidak ada masalah. Tetapi yang tak terduga adalah, pisau itu bukan mengarah pada mereka, melainkan ke arah Wei'ai sendiri!
Daripada diperkosa, lebih baik kehilangan nyawanya. Ketika nyawanya sedang dalam bahaya, mari lihat apakah mereka masih berani atau tidak. Lagi pula, di sini adalah wilayah Shen Shaobai. Meskipun mereka mendengarkan perintah nona kedua, setidaknya mereka akan memikirkan reaksi Shen Shaobai.
Pada saat itu, menghadapi Wei'ai yang sudah mati, apakah mereka masih punya niat untuk memperkosanya?!
Melihat mereka yang semakin lama semakin mendekatinya, Wei'ai tidak punya pilihan selain berjalan mundur hingga punggungnya menyentuh dinding. Tangannya masih memegang pisau, merasakan ketakutan atas tubuhnya yang hendak dinodai, Wei'ai pun menusuk dirinya.
"Bang——"
Pada saat yang sama, pintu ruang bawah tanah, tiba-tiba terbuka.