Esok harinya, tepatnya pagi-pagi sekali ...
Terdengar burung sedang berkicau dan sinar matahari perlahan masuk ke kamar tidur melalui celah jendela.
Dua pasang sepatu di lantai tergeletak miring. Satu-persatu pakaian berserakan di lantai. Di tengah-tengah tempat tidur besar, Ding Qian dan Chu Yuan tidur saling berpelukan. Tempat tidur yang berantakan ini dipenuhi oleh atmosfer cinta. Dua orang yang tertidur ini menunjukkan betapa sengitnya pertempuran mereka tadi malam.
Sinar matahari mulai jatuh di wajah Ding Qian, kemudian ia memutar tubuhnya dengan tidak nyaman, seolah-olah lengannya yang putih dan cantik memeluk leher Chu Yuan.
Setelah menemukan posisi yang nyaman, Ding Qian melanjutkan tidurnya. Lebih baik jika tidak bergerak. Sebab saat bergerak, rambutnya yang panjang bergoyang dan ujung helaian rambutnya dengan nakal menusuk-nusuk lubang hidung Chu Yuan. Hidung lelaki itu pun seketika bergetar.