"Letakkan lukisannya dan aku akan membiarkanmu pergi." Mata pria itu menatap Yang Yuxi dengan dingin.
"Tunggu aku berada di tempat yang aman, baru akan kukembalikan lukisanmu. Sekarang, aku terpaksa membawanya dulu." Yang Yu Xi menolak untuk meletakkannya.
"Tidak! Dasar kamu wanita sialan, segera letakkan lukisan itu, dengar tidak?" Pria itu berkata dengan marah, matanya memerah dan jemarinya dikepal erat hingga urat berwarna biru di tangannya terlihat jelas. Namun, tubuh pria itu tidak beranjak sedikitpun. Dia takut untuk melangkah maju. Hal itu memperlihatkan dengan jelas bahwa dia sangat mengkhawatirkan lukisan itu.
"Tidak baik akibatnya jika kamu menggangguku." bentak pria itu.
"Tidak baik akibatnya jika kamu menggangguku." Yang Yuxi mengulangi kalimat pria itu, namun makna keduanya benar-benar berbeda.
"Menyingkirlah!" teriak Yang Yuxi sambil mengangkat lukisan itu.
"Oke, oke, aku mundur, jangan bertindak gegabah." kata pria itu dengan mengangkat tangannya sambl mundur ke belakang.
"Bawakan aku pakaian" kata Yang Yuxi.
"Baiklah, Tidak masalah."
"Sekarang, minta maaf padaku." kata Yang Yuxi.
"Apa yang kau katakan dasar wanita sialan?" Pria itu menatap Yang Yuxi dengan penuh amarah. Menyebalkan rasanya tidak bisa segera melangkah maju dan menghukum gadis itu bawah tubuhnya.
"Aku bilang minta maaflah padaku" kata Yang Yuxi.
"Jangan serakah!" amuk pria itu, tubuhnya dipenuhi dengan aura dingin.
Yang Yuxi mendengus, diangkatnya lukisan itu jadi lebih tinggi.
"Oke, oke, aku minta maaf, aku minta maaf." Wajah pria itu menjadi pucat, dia akhirnya melunak. Dia menatap Yang Yuxi sambil mengertakkan gigi dan berkata, "Maaf...."
"Kedengarannya tidak terlalu tulus, tapi kupikir kamu memang tidak bisa terlihat tulus dengan wajah datar seperti itu. Lupakan saja. Sekarang kamu harus mundur." Yang Yuxi mengayunkan tangannya menyuruh pria itu mundur. Meskipun permintaan maaf tidak bisa meredam amarahnya, namun Yang Yuxi juga tidak berani memaksa pria itu terlalu banyak. Dia takut kalau anjing galak lepas, lebih baik dia segera pergi dari sini
Yang Yuxi membawa lukisan itu keluar dari ruang belajar, dengan berhati-hati dia menuruni tangga. Sementara pria itu memandang Yang Yuxi dengan gugup, seolah-olah ada yang tersangkut ditenggorokannya. Dia benar-benar takut kalau gadis itu secara tidak sengaja terpeleset dan merusak lukisan berharganya.
"Letakkan saja lukisannya, aku janji tidak akan mempersulitmu untuk keluar, bagaimana menurutmu?" Pria itu mencoba bernegosiasi.
"Apa jaminannya?" tanya Yang Yuxi.
"Dengan namaku Ye Ming, kata-kataku adalah jaminanku." ucap pria itu dengan bangganya.
"Namamu Ye Ming?"
"Iya!" Ye Ming mengangkat dagunya dengan sombong.
"Maaf, aku belum pernah dengar." kata Yang Yuxi.
"Kamu....." Raut wajah Ye Ming menjadi muram, hampir saja dia memuntahkan darah. Dia menarik napas dalam-dalam dan merasakan sakit yang menusuk di jantung, hati dan paru-parunya.
Siapakah Ye Ming? Dia merupakan penerus Keluarga Ye. Sama seperti 13 bangsawan meja bundar di Eropa. Identitasnya yang mulia, tak tertandingi serta penguasa atas banyak bisnis besar dan dunia bawah tanah, semua orang menyembah kata-katanya bagaikan dewa dan akan gemetaran di saat berada di hadapan pria itu. Namun, seorang gadis berani-beraninya bilang kalau belum pernah mendengar namanya, sungguh tidak bisa dipercaya. Pria itu merasa sangat terpukul.