"Aaa…"
Tiba-tiba terdengar suara teriakan sangat keras dari kamar hotel di sebelah. Untungnya, peredam suara hotel berfungsi sangat baik, bayangkan kalau peredam itu tidak ada, pasti setiap hari akan ada saja orang yang mati karena ketakutan mendengar teriakan dari dinding-dinding kamar hotel.
Gu Zijun yang terkejut lalu terbangun dan duduk. Tangannya mengusap-usap mata yang masih ingin kembali terlelap dalam tidur dan dengan hati yang kesal dia menggerutu, "Siapa yang berteriak itu?! Sudah sepanjang malam dia berteriak, apa masih belum lelah juga?"
"Kamu… kamu… kamu… kamu…" Zou Xiaomi memegang selimut erat-erat menutupi tubuh mungilnya sambil menunjuk-nunjuk ke arah Gu Zijun dengan derai air mata dan kemarahan hebat selayaknya gadis yang baru saja kehilangan harga dirinya. Saking marahnya jari-jarinya bergetar dan hanya bisa duduk terpaku tanpa kata-kata sekaligus masih berusaha menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut hotel.
Gu Zijun yang masih setengah tertidur, lalu bangun dan duduk di tepi tempat tidur sambil menatap gadis yang gelisah dan marah itu, tetapi entah kenapa dia merasa gadis itu sangat lucu. Dia duduk di tempat tidur dan dengan bangga menunjukkan dadanya yang kekar di hadapan gadis cantik bertubuh mungil yang tengah duduk bersamanya di atas tempat tidur.
"Dasar hidung belang! Kenapa duduk melongo di sana? Segera pakai bajumu!" Zou Xiaomi akhirnya berhasil membuka mulutnya, meneriaki dan melempari Gu Zijun dengan pakaian. Apa yang terjadi? Bagaimana semua ini terjadi? Adakah yang bisa memberitahuku apa yang sebenarnya telah terjadi? Batinnya kebingungan. Dia ingin menangis sejadi-jadinya namun air matanya terasa kering. Gejolak emosi yang memenuhi hati itu tak bisa diutarakan dengan kata-kata.
Gu Zijun mengambil pakaian yang dilempar oleh Zou Xiaomi ke wajahnya, lalu cepat-cepat dikenakannya sambil berkata dengan nada suara yang dingin, "Kamu seenaknya berteriak-teriak memanggilku pria hidung belang pagi-pagi begini, padahal aku telah berbuat baik dan menolongmu. Apa memang seperti ini caramu berterima kasih? Sungguh tidak tahu berbalas budi."
Zou Xiaomi terdiam sejenak mencoba mencerna perkataan Gu Zijun barusan. "Balas budi apa? Berbuat baik apa? Bicara yang jelas dasar hidung belang! Beraninya kamu membawaku ke tempat seperti ini. Apakah itu yang kamu sebut dengan berbuat baik padaku?" Kata Zou Xiaomi yang meledak-ledak dengan penuh kemarahan. Pria kurang ajar ini berani mengatakan dia telah berbuat baik padaku? Apa maksudnya? Pasti dia sudah tidak waras, pikirnya. Dia sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.
"Sepertinya kamu sama sekali tidak ingat apa yang terjadi semalam. Baiklah, dengarkan baik-baik, semalam ketika aku sedang berjalan-jalan santai dalam keadaan mabuk tiba-tiba kamu mendatangiku. Kamu bahkan tidak dapat berbicara dengan jelas, berjalan pun sulit. Aku merasa kasihan dan khawatir hal buruk terjadi padamu, maka aku membawamu ke sini, bagaimana kamu bisa tidak ingat? Aku merekam semua percakapan kita, aku punya bukti, akan kutunjukan padamu." Kemudian, Gu Zijun mengambil ponselnya sambil mendengus dingin dan mengomel tidak jelas. Dia lalu memutar rekaman percakapan antara dirinya dengan Zou Xiaomi semalam.
Zou Xiaomi tidak bisa berkata apa-apa, kecuali hanya melotot penuh rasa penasaran ke arah Gu Zijun. Perlu 10 menit lebih sampai akhirnya dia membuka mulutnya.
"Ah…" Tiba-tiba Zou Xiaomi memekik kembali saat dia mulai mengingat deretan peristiwa yang terjadi semalam.
"Benar.. Ini adalah suaraku yang berbicara. Aku… aku memerkosamu?" Zou Xiaomi terbengong-bengong mendengarkan rekaman dirinya sedang berbicara. Semua informasi yang baru saja didengarnya dari ponsel pria itu terlalu sulit untuk diterima oleh akal sehatnya.
Dengan mata terbelalak terkejut, Zou Xiaomi mulai mencerna apa yang sebenarnya telah terjadi. Segera amarahnya berubah menjadi perasaan bersalah, lalu dia menatap laki-laki itu dengan penuh rasa menyesal dan berkata, "Maafkan aku… aku mohon maafkan aku. Aku bukan dengan sengaja memerkosamu kok. Ini semua salahku… aku dikelabui oleh orang di bar tadi malam dan karenanya aku tidak sadar apa yang aku lakukan. Aku mohon maafkanlah aku."
Gu Zijun terdiam sejenak mendengar penjelasan Zou Xiaomi. Dia mendengus pelan dari ujung mulutnya, lalu menatap perempuan mungil itu sejenak dengan perasaan iba serta melanjutkan kata-katanya, "Baiklah… aku memaafkanmu."
"Benarkah? Artinya kamu tidak akan meminta ganti rugi, kan?" Zou Xiaomi buru-buru membalas perkataan Gu Zijun
Gu Zijun menarik bibirnya ke dalam dan berpikir, sungguh aneh, bukankah dalam situasi seperti ini biasanya wanita yang meminta ganti rugi? Tapi kenapa yang terjadi adalah sebaliknya? Apa karena aku terlalu tampan untuknya?
Wajah putra ketiga keluarga Gu itu pun tiba-tiba menjadi merah padam dan marah.