Ning Mojian memeluk anak kecil yang terluka itu, kemudian dengan hati-hati dia berlari ke tempat aman, yang tidak ditutupi oleh tumbuhan rambat itu. Tapi belum sempat dia berlari, tumbuhan rambat itu sudah menyerang lagi ke arahnya, dan mulai merambati kakinya dengan cepat, bahkan sudah sampai ke pinggangnya.
Anak kecil itu berteriak ketakutan ketika melihat pemandangan yang ada di depannya, tangan dan kakinya bergerak tanpa henti dan tidak karuan. Seakan-akan terlihat ingin melepaskan diri, kemudian berlari untuk mencari tempat yang aman,
Ning Mojian bingung dan merasa bersalah, dia tidak menyangka caranya yang tidak dewasa ini membuat anak kecil ikut terjerumus di dalamnya. Dia hanya bisa mengayun-ayunkan sabit, dan mencoba untuk menebas tumbuhan rambat itu yang terus merambatinya. Tumbuhan rambat yang terpotong, kemudian bergabung lagi menjadi satu dan hidup kembali. Lalu, dia menyimpulkan bahwa ternyata itu bukan cara yang benar untuk mematikannya.
Akhirnya tumbuhan rambat itu berhasil merambati pergelangan tangan Ning Mojian yang sedang membawa sabit, kemudian melingkari tangannya dengan sangat erat. Sampai-sampai membuat tangannya menjadi berdarah, bahkan membuat luka yang dalam sampai tembus ke daging, membuatnya merasakan kesakitan yang teramat sangat. Lalu, terlepaslah sabit itu dari tangannya dan jatuh ke tanah, kemudian tumbuhan rambat itu langsung menarik sabit itu dan menggulungnya.
"Ibu, aku sangat takut!" kata anak kecil itu, dia berteriak dan menangis karena melihat pemandangan mengerikan itu.
"Kakak akan melindungimu, jangan takut." kata Ning Mojian menenangkannya. Saat melihat anak kecil itu menangis, hatinya terasa hancur berantakan, tapi di saat seperti ini, dia tahu kalau harus tetap tenang, agar bisa berpikir secara jernih. Suara tangisan anak kecil itu sedikit mereda setelah mendengar ucapannya, tapi dia masih menangis terisak-isak.
Ning Mojian sangat kesulitan menggerakkan kakinya, dia berusaha untuk keluar dari tumbuhan rambat itu. Setiap langkahnya cukup sulit untuk dilakukan, namun dengan sekuat tenaga dia menggerakkan kakinya lagi. Dia merasakan kakinya sangat sakit, karena luka yang tidak berhenti mengeluarkan darah. Tapi demi anak kecil itu, dia tidak peduli, bagaimanapun caranya dia harus membawanya ke tempat yang aman.
Tumbuhan rambat itu seakan-akan tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Ning Mojian, seketika itu juga dia mencoba merambati mereka berdua secara bersamaan. Ning Mojian takut kalau anak kecil itu akan terluka atau mati karena dirambati, lalu dia langsung mengulurkan tangan dan memegang tumbuhan rambat yang akan menyerang anak itu, kemudian melemparnya.
Ning Mojian kemudian melihat telapak tangannya yang berdarah, Kenapa aku bisa lupa, kalau aku bisa menghirup aura hantu? batinnya. Lalu dengan segera, dia memeluk anak kecil itu dengan sangat erat, kemudian menghirup aura tumbuhan rambat itu. Perlahan-lahan tumbuhan rambat itu berubah menjadi serbuk dan langsung terbang ke udara.
Tidak tahu mengapa, apa karena sedang merasakan bahaya yang mendekat, tumbuhan rambat yang lain tiba-tiba mundur. Lalu, membentuk menjadi sebuah lingkaran yang melingkari Ning Mojian dan anak kecil itu. Tumbuhan rambat itu terlihat tidak menyerang, tapi juga tidak pergi meninggalkan mereka.
"Kakak, aku takut." kata anak kecil itu sambil memeluk leher Ning Mojian dengan erat, dengan sedikit gemetaran dan ketakutan anak kecil itu berkata lagi, "Bagaimana ini?"
"Jangan takut, kakak sudah menemukan cara, kita pasti tidak akan apa-apa." kata Ning Mojian, lalu dia menggendong anak kecil itu di punggungnya. Kemudian, dia melihat ke arah sabitnya yang berada jauh di sisi lainnya, setelah itu melihat ke arah bunga hitam itu lagi sambil mengerutkan keningnya.
"Pegangan yang erat ya!" kata Ning Mojian memberi perintah, "Jika kamu takut, tutuplah matamu! Tidak peduli apapun yang akan terjadi, jangan pernah melepaskan peganganmu dariku, mengerti?" katanya lagi. Anak kecil itu menganggukkan kepalanya sambil memeluk leher Ning Mojian dengan erat, kemudian dia langsung menyembunyikan wajahnya ke punggungnya.
Ning Mojian bergerak sedikit demi sedikit, lalu tumbuhan rambat itu pun mengikuti langkahnya, namun masih berada dalam posisi mengelilingi mereka berdua. Akhirnya, tanpa terasa dia sudah sampai ke tempat sabitnya berada, tumbuhan rambat itu seperti tahu apa yang dipikirkan Ning Mojian. Lalu, seketika itu mereka juga membuang sabit itu ke tempat yang lebih jauh lagi.
Ning Mojian terkejut, karena ternyata bunga hitam itu bisa berpikir selayaknya manusia. Dia lalu melihat ke atas, ke arah bunga hitam itu, yang saat ini bunga hitam itu terlihat semakin mekar dan bercahaya, seolah-olah seperti sedang menertawakannya. Ning Mojian lalu menyipitkan matanya, kemudian dia berpikir, Kalau memang aku tidak bisa mengambil sabit itu, kalau begitu lebih baik aku akan langsung menghirup aura bunga hitam itu saja! batinnya...