Ning Mojian hanya terdiam, setelah mendengar ucapan laki-laki itu. Kemudian dia bertanya, "Takutkah?"
Ning Mojian menggelengkan kepalanya, "Aku hanya sedikit marah!" jawabnya. Kemudian, dia mengerutkan keningnya, saat ini di dalam matanya terpancar cahaya kemarahan. "Tidak masalah kalau mereka mengambil aura dari orang-orang yang memuja uang dan rakus akan harta, tapi kalau mereka mengambil aura manusia dengan memanfaatkan harapan dan kerinduan orang itu kepada orang yang dicintai dan telah meninggal, itu membuatku sangat tidak nyaman." katanya menjelaskan.
Ning Mojian tidak berani mengatakan yang lainnya, tapi dia paham tentang keluarga Bai. Tuan Bai sangat mencintai istrinya yang dulu, kalau tidak begitu dia tidak mungkin hanya menikah dengan Ibu Kedua, dan tidak mencari selir lain. Tidak ada persaingan dan tidak ada intrik apapun, keluarga yang seperti inilah yang baru bisa mendidik anak seperti Bai Ziyuan, seorang Tuan Muda kaya raya yang polos dan berhati mulia.
Yang ditakuti Ning Mojian yaitu, jika dia tidak segera tahu kalau wanita itu adalah seorang hantu. Dia khawatir kalau keluarga Bai akan berantakan dan semua anggota keluarganya akan meninggal.
Laki-laki itu kemudian tersenyum setelah mendengar ucapan Ning Mojian, lalu dia berkata, "Tidak salah kalau kamu adalah wanita yang aku cintai! Jika itu orang lain, dia pasti sudah lari ketakutan. Lalu, mana mungkin dia masih mau berpikir tentang semua ini."
Ning Mojian menggigit bibirnya, dia tidak tahu harus mengatakan apa, namun di hatinya sekarang memang itu yang sedang dipikirkannya.
"Apa yang kamu lihat hanyalah sebagian kecil saja, bunga tidak bernama itu tidak hanya menghirup aura manusia saja. Kemarin itu, dia termasuk menggunakan cara yang halus!" kata laki-laki itu, lalu mengusap kepala Ning Mojian dan menyandarkannya ke dadanya, "Banyak sekali hal yang lebih gelap dan menakutkan yang tidak kamu ketahui, kamu baik-baik ya, jangan mencari masalah!" katanya mengingatkan.
Ning Mojian saat ini sedang bersandar di dada laki-laki itu, jantungnya sama sekali tidak berdetak. Namun, mungkin saja perlahan-lahan dia sudah mulai terbiasa dengan suhu tubuh laki-laki itu, sehingga dia sudah tidak lagi merasakan suhu yang terlalu dingin.
Walaupun laki-laki itu memintanya untuk tidak ikut campur, tapi Ning Mojian tidak tega jika hanya melihat ribuan nyawa di kota ini melayang begitu saja. Itu pasti akan membuatnya bermimpi buruk, kalau memang hanya dengan memetik seluruh bunga hitam itu saja, bisa untuk menghentikan bahaya ini. Maka mulai besok pagi dia akan melakukannya, karena waktunya sudah tidak banyak lagi.
"Tapi bagaimana cara memetik bunga hitam itu?" Ning Mojian mencoba bertanya, walaupun kamarnya saat ini gelap gulita, tapi dia tetap tidak berani menatap wajah laki-laki itu. Dengan segera dia menjelaskan pertanyaannya yang tadi,"Aku… aku tidak ingin mencari masalah kok, aku hanya ingin..."
Tangan laki-laki itu menyentuh dagu Ning Mojian dan itu membuatnya berhadapan langsung dengannya. Hal itu membuat Ning Mojian, bisa melihat kedua bola mata merah yang seperti permata di kegelapan itu. Namun, dia sedikit malu dan tampak tidak biasa, tanpa sadar dia menjilat bibirnya sendiri.
Bola mata laki-laki itu melihat Ning Mojian yang menjilat bibirnya, membuat bibirnya sekarang terlihat basah dan menggairahkan. Gerakannya yang menggetarkan hati laki-laki itu, seketika membuatnya mencium dan melumat bibir Ning Mojian.
Ning Mojian langsung terkejut, karena dia belum sempat mengambil napas, namun seluruh tubuhnya tiba-tiba sudah sakit dan tidak bertenaga. Kemudian dia bertanya-tanya, Kenapa laki-laki ini, tenaganya bisa sebagus ini ya?! batinnya.
"Jangan... Aku tidak mau..." kata Ning Mojian, suaranya terdengar memohon, "Aku mohon padamu..." katanya lagi.
"Apakah kamu ingin tahu bagaimana cara memetik bunga-bunga itu?" tanya laki-laki itu kemudian.
Ciuman yang menggoda itu, membuat hati seseorang akan langsung berdetak tidak beraturan, Ning Mojian membenci dirinya yang seperti ini. Dia tidak berani melawan dan merasa seperti tidak memiliki batasan. Atau lebih tepatnya, bisa dibilang bahwa laki-laki itu memang ahlinya membuat dunia gadis-gadis dengan cepat terdiam dan langsung menikmatinya.
Baru kali ini, laki-laki itu mau melepaskan Ning Mojian, karena dia terus-terusan memohon kepadanya. Apa lagi, Ning Mojian merasa terus menderita karena merasakan rasa sakit di tubuhnya sampai keesokan harinya. Namun sayangnya sampai laki-laki itu pergi, dia masih tetap tidak mau memberi tahu dirinya bagaimana cara memusnahkan bunga-bunga itu.
Seluruh tubuh Ning Mojian terasa sangat sakit dan tidak memiliki tenaga lagi, sekalinya bergerak rasanya seperti sedang ditabrak oleh kendaraan. Dia merasakan kalau daging dan tulang-tulangnya, semuanya sudah terpisah dari tubuhnya sekarang.
Di kamar itu hanya tercium aroma yang samar, langit terlihat sudah cerah, Ning Mojian tidak tahu mulai kapan ayam-ayam sudah berkokok. Lalu di jalanan, terdengar suara anjing yang tiada hentinya menggonggong. Dia yang saat ini sedang melihat ke arah jendela, kemudian perlahan-lahan menutup matanya dan mulai tertidur...