Chereads / Malam Hantu / Chapter 2 - Kedatangan Hantu Suami

Chapter 2 - Kedatangan Hantu Suami

Rumah itu tidak terlalu besar, namun memiliki gayanya sendiri. Terlihat dari sini bahwa pemiliknya dulu sangat menjaga rumah ini dengan sepenuh hati. Ning Mojian berjalan mengikuti koridor menuju dalam rumah, sinar bulan membuat bayangannya terlihat sangat panjang.

Di rumah yang gelap ini, hanya satu ruang kamar yang terlihat terang karena cahaya lilin, Ning Mojian sedikit bimbang untuk masuk ke ruangan tersebut. Namun, pada akhirnya dia memutuskan untuk membuka pintu dan masuk ke ruangan tersebut. Di atas meja terlihat lilin yang menyinari ruangan itu, disana terdapat beberapa masakan yang terlihat enak, sebotol bir, dan dua buah gelas.

Dengan pelan Ning Mojian masuk ke dalam, baru saja masuk kamar, tiba-tiba terdengar suara 'Beng!' dari pintu yang kini tertutup karena dibanting dengan keras. Seketika, Ning Mojian ketakutan sampai bibirnya gemetaran, dia menerawang ke luar jendela. Di sana terlihat cabang pohon yang tiada hentinya bergoyang, barulah Ning Mojian bisa tenang, Ternyata hanya angin… Terlihat dia bernapas lega.

Ruang kamar itu terlihat baru dibereskan, ruangannya terlihat sangat bersih, dan itu bisa terlihat karena barang-barang disini semuanya baru. Ning Mojian mengulurkan tangan dan mencoba menyentuh beberapa makanan. Ternyata makanan di situ masih hangat. Dia kemudian tersenyum dan berkata dalam hati, Ternyata ada orang di rumah ini. 

Karena merasa perutnya cukup lapar, kemudian dia mengambil mangkuk dan sumpit, kemudian mulai memakan masakan itu. Ketika dia sudah kenyang dan akan meletakkan mangkuk, tiba-tiba pintu terbuka sendiri. Terasa angin yang berhembus kencang, membawa dedaunan yang juga ikut masuk ke ruangan itu.

Hal itu membuat Ning Mojian takut, sehingga mangkuk yang ada di tangannya terjatuh ke lantai dan pecah. Serpihan mangkuk yang pecah dan terlempar dari tanah melukai tangannya, darah segar menetes perlahan ke batu giok putih yang ada di atas meja.

Lilin tiba-tiba padam, ruangan pun menjadi gelap. Hanya ada sedikit sinar bulan dari jendela yang masuk ke ruangan. Dengan segera, Ning Mojian mengunci pintu kamar, tanpa sadar darah yang tadi menetes ke batu giok dengan perlahan meresap masuk kedalam sampai hilang. 

Angin yang ada di luar terasa semakin kencang, cabang pohon tiada henti-hentinya bergoyang, menciptakan suara-suara yang terdengar serak. Mungkin akan turun hujan, Ning Mojian hanya bisa berpikir begitu. Dia tahu dengan jelas bahwa dirinya tidak akan bisa pergi dari sini. Dengan sekuat tenaga, Ning Mojian menggeser lemari kecil untuk mengganjal pintu, dia takut kalau ada orang di rumah itu tiba tiba mencoba masuk ke kamarnya saat ini. Dengan begitu Ning Mojian bisa beristirahat dengan tenang.

Terlihat di sana, ranjang dan bantal yang semuanya baru. Hanya saja warnanya yang putih membuat orang seolah-olah merasa dingin ketika tidur di sana. Mungkin karena terlalu lelah, Ning Mojian mencoba berbaring di atas ranjang, seketika itu pun dia langsung tertidur.

Di antara perasaan dan pandangan yang kabur Ning Mojian merasakan ada sepasang tangan yang dingin sedang menggerayanginya. Dia merasakan getaran yang dingin di tubuhnya, langsung saja Ning Mojian terbangun dan sadar. Terlihat ada seorang laki-laki yang sedang menimpa dirinya, kedua bola mata Ning Mojian langsung terlihat ketakutan.

"Minggir…!!! Tolong... tolong aku…." Ning Mojian dengan paniknya memukul-mukul badan orang itu, berharap orang tersebut akan melepaskan diri dari badannya.

Tiba-tiba, satu tangan yang besar milik orang itu dengan cepat menangkap kedua tangan Ning Mojian, kemudian satu tangan yang lainnya membungkam mulutnya. Suhu badan orang itu sangat rendah, saking rendahnya membuat Ning Mojian seolah-olah sedang berada di dalam air yang dingin. Dengan panik dia memperhatikan orang itu dengan jelas.

"Istriku apakah kamu sedang menolak suamimu?" terdengar suara nyaring dan indah terngiang di telinga saat orang itu berbicara.

Ucapan orang itu membuat Ning Mojian terdiam dan bertanya-tanya, Apa? Laki-laki di depanku ini adalah suamiku? Bukankah, aku sedang menjalani pernikahan hantu? Apa yang terjadi sebenarnya?

Bulan yang dingin tertutup penuh dengan awan, membuat Ning Mojian tidak bisa melihat dengan jelas lelaki yang ada di depannya itu seperti apa. Dia hanya merasakan bahwa tubuh laki-laki itu terasa dingin, bagaikan es yang menusuk ke tulangnya. Ning Mojian tidak bisa lagi menahan kedinginan itu.

Dengan sekuat tenaga Ning Mojian menggelengkan kepala, Laki-laki ini tidak mungkin suamiku, dia pasti salah satu pengawal yang tadi membawaku kemari! Namun, tenaga Ning Mojian sangatlah kecil, dia tidak mampu mendorong lepas orang itu, Apakah seumur hidupku akan mengenaskan seperti ini? Tidak, aku tidak ikhlas!

Tatapan Ning Mojian yang tajam memandang orang itu. Walaupun hatinya tidak ingin, namun air mata dari matanya tetap saja mengalir dengan sendirinya, lalu menetes membasahi selimut.

"Tidak mau toh? Hmm..." Laki-laki itu dengan suara yang besar dan dingin merasakan perasaan hati Ning Mojian. Tanpa ekspresi, kemudian dia berkata lagi, "Kamu adalah milikku sekarang, jadi aku pasti akan melindungimu. Apapun yang kamu inginkan, aku pasti akan memberikannya padamu...!"