Chereads / Malam Hantu / Chapter 1 - Pernikahan Hantu Yang Dipaksakan

Malam Hantu

Ikan Terisolasi
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 1m
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Pernikahan Hantu Yang Dipaksakan

Di sepanjang jalanan kota yang ramai, di sana terlihat bergantungan lentera merah sebagai lambang kesenangan dan juga lentera putih yang sebagai lambang kematian. Perpaduan merah dan putih itu membuat orang yang melihat akan merasa aneh dan janggal.

Kedua bagian jalan dipenuhi dengan warga yang ingin melihat acara yang jarang terjadi itu. Bukan hanya warga, tetapi para penjual kaki lima pun lebih memilih untuk tidak mempedulikan dagangan mereka dan lebih memilih ikut bergabung meramaikan acara tersebut.

Hari ini adalah hari, dimana kedua putri keluarga Ning akan menikah. Sayangnya ada perbedaan antara kedua putri itu. Putri yang satunya, saat ini tengah duduk di atas kereta dan digotong oleh delapan orang. Dia akan menikahi seorang jendral yang berkuasa dari kerajaan Chao. Sedangkan putri yang satunya lagi, sedang berbaring di dalam peti mati dan harus menikahi orang yang telah meninggal. Perbedaan itulah yang membuatnya banyak dibicarakan oleh orang-orang.

Ning Mojian lah yang saat ini sedang berbaring di dalam peti mati itu. Kedua matanya yang indah sedang memperhatikan penutup peti mati yang berwarna hitam pekat. Kedua tangannya memegang erat sebuah batu giok putih, merasakan kedinginan yang begitu menusuk tulang, bagaikan perasaan hatinya saat ini.

Dia tidak peduli akan dibawa kemana nantinya, Ning Mojian juga tidak peduli kehidupan seperti apa yang akan dialaminya setelah ini, yang dia pedulikan saat ini hanyalah ayahnya. Apakah ayahnya akan mengambil imbalan uang itu untuk memanggil dokter yang dapat menyembuhkan ibunya? 

Kepergiannya dari desa membuatnya khawatir. Ning Mojian takut, kalau tidak ada yang bisa sekuat dirinya untuk menjaga ibunya yang sedang sakit parah. Memikirkan hal itu, membuatnya semakin erat memegang batu giok putih di tangannya. Bagaikan dirinya sendiri yang seolah-olah akan masuk ke dalam hatinya.

Sebenarnya anak kandung dari keluarga Ning akan menikah dengan Jenderal Xuan Yuan yang berkuasa. Namun, ayahnya malah menggunakan nyawa ibunya untuk mengancam Ning Mojian. Dia bisa saja lebih memanjakan selirnya, lalu membuang istrinya sendiri, hal seperti itu bisa dengan mudah dilakukan oleh ayahnya. Kemudian, dengan terpaksa Ning Mojian menyanggupi permintaannya itu, untuk menggantikan Ning Shuixin menjalani pernikahan hantu.

Ning Mojian tidak paham, bagaimana pernikahan hantu seperti ini bisa diputuskan. Mungkin, karena ayahnya tidak ingin melihat dirinya terus berada di sini, jadi dia dengan tergesa-gesa mengirim Ning Mojian untuk segera pergi.

Di luar peti terdengar suara-suara gong dan drum untuk merayakan kebahagiaan. Namun, Ning Mojian merasa bahwa semua itu tidak ada hubungannya dengan dia, karena menurutnya dia telah ditakdirkan untuk dibuang oleh Keluarga Ning. Tidak tahu harus berjalan berapa lama lagi, terlihat Ning Mojian sudah mulai mengantuk dan akhirnya tertidur. 

Ketika terbagun, Ning Mojian tidak merasakan lagi peti matinya bergoyang goyang, di luar terasa hening seperti tidak ada napas dari seorangpun.

"Apakah ada orang?" Tidak ada yang menjawab pertanyaan Ning Mojian.

Dia mengira mungkin suaranya terlalu pelan, tangannya dengan sekuat tenaga menggedor penutup peti mati, lalu Ning Mojian mulai berteriak dengan suara kencang "Hei! Apakah ada orang diluar?"

Tapi, masih saja tidak ada suara seorangpun yang meresponnya.

Ning Mojian mengerutkan dahinya, kemudian segera mengulurkan tangan untuk mendorong penutup peti mati itu hingga terbuka. Pertama kali yang dia lihat hanyalah sinar cahaya bulan yang terasa dingin. Ning Mojian pun tercengang, dalam hati ia berkata, Ternyata sudah malam? Dia terlihat sedang berusaha menenangkan diri. Kemudian, Ning Mojian mulai duduk tapi masih di dalam peti mati. Tirai mutiara di mahkota meraknya saling bergesekan, mengeluarkan suara yang terdengar nyaring di telinganya.

Saat itulah Ning Mojian baru dengan jelas melihat ke berbagai arah, namun dia hanya menemukan halaman rumah yang tidak terurus. Tanah di halamannya penuh dengan daun-daun kuning yang berjatuhan dari pohon. Tidak jauh dari situ, terlihat meja dan kursi yang terbuat dari batu dan permukaannya dipenuhi dengan debu yang sangat tebal. Tidak sedikit bagiannya yang juga dipenuhi dengan jaring laba-laba.

Ning Mojian masih berusaha menenangkan diri, dengan segera dia keluar dari peti mati dan berlari ke arah halaman itu dengan cepat. Ketika dia membuka pintu, tidak terlihat suatu apapun di sana. Dia hanya melihat satu-satunya jalan yang terhubung dengan dunia luar pun tertutup oleh pepohonan, sehingga terlihat begitu gelap. Terkadang Ning Mojian juga mendengar suara burung gagak.

Baru sekali melangkah, Ning Mojian akhirnya melihat sebuah pintu kayu yang reyot. Di depannya tergantung lambang huruf pernikahan, hatinya sedikit terkejut, Apakah tempat ini adalah tempat aku menikah?

Di sudut bibirnya terlukis senyuman pahit, perlahan lahan Ning Mojian membuka pintu kamar itu, kemudian dia berpikir bahwa dia sudah dibuang oleh keluarga Ning. Seandainya Ning Mojian kembali ke rumah pun, keluarganya tidak akan menerimanya kembali. Mungkin seumur hidupnya, dia hanya sendirian menghabiskan waktu sampai tua di tempat yang asing di tengah hutan ini.

Ketika Ning Mojian masuk ke dalam, dia melihat sepanjang sudut ruangan dipenuhi dengan tirai-tirai putih. Lambang tulisan pernikahan berwarna putih juga terlihat di setiap sudut kamar. Seandainya, jika bukan karena ada orang yang mendekorasi kamar ini, Ning Mojian pasti sudah berpikir, bahwa dia benar-benar sudah dibuang ke sini...