Malam itu, aku hanya berbaring di ranjang dengan gelisah dan Cai Wuli sepertinya juga belum tertidur. Sebenarnya aku ingin sekali berbicara dengannya, tetapi aku kembali ragu. Untuk pertama kalinya aku merasakan suasana yang begitu canggung saat kami hanya berdua.
Wajahnya yang memerah tanpa bisa penjelasan sangat bertentangan dengan gayanya sehari-hari. Padahal ia adalah tipe orang yang selalu bersikap acuh tak acuh terhadap apapun.
"Qianqiu."
Dalam kegelapan, tiba-tiba Cai Wuli membuka suara dan memanggilku.
Tetapi aku justru menutup mataku dan berpura-pura tidur. Aku enggan menjawab panggilannya.
Tempat tidurnya hanya berjarak satu lorong dariku. Aku bisa merasakan ia berbaring miring dan menatapku saat ini.
Ia memanggilku sekali lagi. Karena aku tetap diam, mungkin ia mengira aku sudah tertidur. Detik setelahnya ia menghela nafas berat dan tidak lagi mengatakan apapun.