Ia tampak tenang dan elegan, sangat berbanding terbalik denganku yang terlihat kebingungan. Mau tidak mau aku berteriak kepadanya, "Kamu sengaja memanfaatkan situasiku untuk memojokkanku!"
Ia terkekeh sambil mengusap bibirnya yang tipis. Dengan tenang ia berkata, "Sepertinya kamu sudah tidak bisa bertahan."
Aku tahu bahwa aku memang tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Ia menyunggingkan senyum yang sangat menawan. Aku berteriak dalam hati, terus saja menertawakanku!
Lenganku terasa seperti terbakar. Aku sudah tidak kuat lagi menahan berat badanku. Tubuhku sudah menyerah.
Mengabaikan harga diriku, aku memohon kepadanya, "Suamiku, tolong selamatkan aku!"
Dalam sekejap, udara dingin menerpa wajahku. Rasanya sangat aneh ketika di tengah musim panas seperti ini aku justru merasakan hembusan udara yang sangat dingin.
Aku dapat melihat kilatan cahaya kuning keemasan menyapu dada Xia Qianyang. Segera setelahnya, bayangan putih keluar dari tubuhnya dan terbang menjauh beberapa meter.
Sekarang aku dapat melihatnya dengan sangat jelas. Hantu yang merasuki Xia Qianyang adalah hantu perempuan berkulit putih yang pernah menyerangku sebelumnya.
Dia masih terus menguntitku! Rasa bencinya padaku pastilah amat besar!
Hantu perempuan itu nampak terluka setelah mendapatkan serangan. Ia memuntahkan darah hitam. Tanpa menunggu lagi, ia langsung berlari pergi.
Saat hantu itu dikeluarkan, tubuh Xia Qianyang langsung terjatuh ke tanah. Seketika itu juga perasaanku menjadi lega. Lalu aku pun jatuh ke dalam sumur yang gelap.
Saat itu, aku merasakan ada tangan kuat yang memeluk tubuhku dengan erat dan menyeretku keluar dari sumur.
Aroma samar kayu cendana merasuk ke hidungku. Pastilah itu aroma dari pria berbaju hitam ini. Meski aromanya menenangkan, aku tidak bisa menikmatinya karena aku masih belum bisa melupakan rasa takutku.
Aku mendongak dan dapat melihat wajahnya yang tampan begitu dekat denganku. Garis wajahnya terlihat jelas dan tegas, matanya terlihat tajam membuatnya semakin mempesona. Bahkan dari sudut pandangku sekarang ini, pria ini terlihat sangat seksi.
Ini adalah pertama kalinya aku melihat wajahnya dari dekat. Selama hidupku, aku belum pernah melihat pria setampan ini.
"Sudah cukup melihatnya?" Kata pria itu sambil menyeringai.
Aku merasa sangat malu. Bagaimana bisa aku mengagumi wajahnya sedangkan aku masih berada di tepi sumur tempat aku terjatuh.
"Aku sangat berterima karena kamu telah menolongku. Aku harus pergi sekarang." Bicaraku tak jelas lantaran jantungku berdetak tak karuan.
Bukannya melepaskan diriku, ia justru membawaku untuk semakin mendekatinya. "Terima kasih? Kamu ingin berterima kasih padaku?"
"Lepaskan aku." Aku mencoba untuk menghindari wajahnya yang semakin mendekat.
Entah mengapa, saat bersamanya, semua keterampilan bela diriku tidak dapat kugunakan.
Tiba-tiba aku mendengar erangan di dekatku. Rupanya Xia Qianyang sudah sadar.
Aku menyingkirkan tubuh pria itu dan bergegas melihat kondisi Xia Qianyang. Ia sudah membuka mata, tetapi tidak bereaksi apapun ketika aku memanggil-manggil namanya.
Aku mengguncang tubuhnya dengan sangat panik, "Hei! Xia Qianyang, sadarlah!"
"Jiwanya masih belum sepenuhnya kembali." Pria di belakangku tiba-tiba bersuara. Kemudian ia memberikan butiran pil berwarna hitam dan berkata, "Biarkan ia memakan obat pemulihan ini untuk mengembalikan kesadarannya."
Aku mengerutkan keningku tanda tidak percaya. Tapi aku tidak langsung menolaknya karena melihat keadaan Xia Qianyang. Akhirnya aku mengambil obat itu dari tangannya dan mengendusnya.
Ia melihat kecurigaanku lalu terkekeh, "Apa yang kamu lakukan? kamu tidak percaya padaku?"
Tentu saja, aku sama sekali tidak mengenalmu dan tidak pernah menjalin hubungan apapun denganmu. Tentu saja aku harus memastikan apa yang akan dikonsumsi Xia Qianyang tidak berbahaya.
Setelah dipikir ulang, pria itu sudah menyelamatkanku, tidak mungkin ia akan menyakiti Xia Qianyang. Juga melihat keadaan Xia Qianyang yang seperti ini, aku tidak memiliki pilihan lain selain mempercayai perkataan pria itu.
Aku mengangkat dagu Xia Qianyang dan memasukkan obat itu ke mulutnya.
Setelah beberapa saat, Xia Qianyang memejamkan matanya dan nafasnya terdengar lebih teratur. Sepertinya ia tertidur.
Pria disampingku menjelaskan, "Jika ia sudah terbangun nanti, ia akan pulih kembali." Dia melihat reaksiku yang nampak kebingungan dengan efek obat tersebut.
Aku menghela nafas lega dan mengangguk dengan perlahan. Lalu aku bangkit berdiri dan sekali lagi mengucapkan terima kasih pada pria itu.
Tiba-tiba ia meraih tubuhku dan memelukku. Ia mengangkat daguku dengan lembut dan menatapku dengan senyum menyeringai, "Sekarang adikmu sudah baik-baik saja, ini saatnya membicarakan tentang hubungan kita."