Sebuah tangan dingin yang besar dengan lembut mengguncang tubuhku, perlahan-lahan aku membuka mata dan mendapati Bei Mingyan tepat di depanku.
Saat ini aku masih berbaring di ranjang dengan suasana kamar yang sepi, hanya ada lilin merah yang menyinarkan sedikit cahaya.
Bei Mingyan duduk di tepi ranjang dengan ekspresi khawatir.
Aku menghela nafas dan menyadari bahwa itu hanya mimpi. Tapi itu adalah mimpi yang aneh. Entah kapan aku tertidur ketika berbaring di ranjang.
Melihatku yang perlahan membuka mata, akhirnya Bei Mingyan tampak sedikit tenang. Tangan besar yang dingin itu membelai wajahku dan menyeka air mata di sudut mata.
Seketika aku menyadari bahwa aku benar-benar baru saja menangis.
"Xiaoqi, kamu kenapa?"
Dengan lembut ia menarikku dan membawaku ke pelukannya.
Aku menggelengkan kepala dan menertawakan diriku sendiri, "Tidak apa-apa. Aku hanya bermimpi aneh."