Saat mengangkat kepalaku, aku mendapati Bei Mingyan sedang menatapku. Ia sedikit mengernyit dan memandangi perutku lagi. Ekspresinya seperti seorang anak yang penasaran.
"Bolehkah aku menyentuhnya?" Ia menggantung tangannya di perutku. Ia ingin menyentuhnya tetapi tidak berani.
Aku terhibur dengan ekspresinya. Mau tak mau aku meraih tangannya dan dengan lembut meletakkannya di perutku.
Dalam sekejap, rasa dingin menyebar di sepanjang perutku.
Aku sedikit tersentak dengan hawa dingin itu yang membuat Bei Mingyan cepat-cepat menarik tangannya dan bertanya, "Ada apa?"
Aku tertawa, "Tidak apa-apa, hanya terlalu dingin."
Begitu mendengar ini, ia buru-buru menempatkanku di tempat tidur dan dengan lembut menutupi tubuhku dengan selimut karena takut suhu dinginnya akan menyebar padaku lagi dan membekukanku.
Kemudian ia juga berbaring di selimut, tetapi sedikit menjaga jarak denganku. Sepertinya ia menahan keinginannya untuk memelukku.