Seketika kewaspadaan dalam diriku meningkat. Dengan cepat aku duduk dan meriah cangkul di sudut, lalu merangkak perlahan ke arah pintu.
Tok tok tok!
Ketukan terdengar lagi. Aku berdiri di balik pintu dengan cangkul di tangan, tetapi aku tidak berani keluar.
Tak berselang lama terdengar suara kekanak-kanakan di luar pintu, "Kakak, kamu sudah tidur?"
Saat mendengarnya, aku merasa lega. Ternyata itu Ah Liang.
Hanya saja di jam segini, seharusnya ia juga tidur. Tapi bagaimana bisa ia justru ada di sini?
Aku membalas berbisik, "Ah Liang, kenapa kamu di sini?"
Begitu mendengar aku belum tidur, ada kegembiraan yang terpancar dari suaranya, "Kakak, kamu belum makan malam. Diam-diam aku menyembunyikan beberapa roti jagung untukmu."
Setelah mendengar penuturannya, aku sedikit terpana tetapi hatiku benar-benar lega.