Namun sepertinya aku terlalu banyak berpikir.
Bei Mingyan hanya menatapku, berbalik pergi lalu memanggilku, "Ayo, Xiaoqi."
Dengan buru-buru dan penuh hormat aku mengikuti langkahnya, tetapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengangkat mata dan menatap punggungnya.
Mungkin karena akan menikah, ia menjadi pendiam akhir-akhir ini. Bahkan dari punggungnya saja aku bisa melihat rasa kesepian yang menderanya.
Aku bisa membayangkan kejijikan batinnya memikirkan pernikahan itu.
Tapi aku tidak tahu apa yang ia rencanakan.
Saat itu, aku mendekat di belakangnya dan bertanya, "Yang Mulia, pernikahan akan datang. Apa yang akan Anda rencanakan?"
Seketika, ia menghentikan langkah yang membuatku juga ikut berhenti.
Menoleh ke belakang, ia menatapku dalam diam. Ada beberapa kebingungan yang rumit di matanya, tetapi tak lama ia tersenyum dan bertanya padaku, "Apa yang kamu ingin aku lakukan?"