Benar saja, ketika sosok yang akrab itu melangkah perlahan dari belakang sekelompok penjaga hantu, aku benar-benar terpana.
Saat itu, dengan putus asa aku melepaskan diri dari genggaman Ye Lingcang dan bersembunyi di belakang barisan tiang.
Aku melihat Bei Mingyan dengan setelan hitam berdiri di depan Ye Lincang, dengan mata emas yang indah bersinar, menunjukkan aura raja.
Tetapi di mataku, mata emas itu terasa sangat aneh dan asing sehingga aku tidak berani menatapnya secara langsung.
Ia sama sekali tidak melihatku. Ia hanya bertanya tentang urusannya datang kemari.
Aku bersembunyi di kejauhan seperti itu, mengintip ke arahnya dengan diam-diam, tetapi aku tidak memiliki keberanian untuk berdiri di depannya.
Tiba-tiba, pandangan dingin Bei Mingyan seperti melirik ke arahku.
Karena ketakutan, aku berbalik dan lari.
Setelah berlari cukup jauh, aku berhenti, membelai dadaku sembari menenangkan nafas yang memburu.