Saat aku sudah mulai memasuki aula, makan malam belum resmi di mulai.
Aku mencoba berdiri ke belakang pilar dengan cara yang sederhana karena tidak ingin membuat mata orang lain penasaran dengan kain hitam yang menutup wajahku.
Untungnya, ada banyak tamu dari ketiga alam. Tampaknya akan jarang bagi kami untuk bertemu satu sama lain. Mereka semua saling berbincang dan tertawa satu sama lain, seperti acara pesta sosial di dunia manusia.
Jadi tidak ada yang memperhatikanku. Semua makhluk itu sibuk bersosialisasi,yang membuat mereka tidak punya waktu untuk mengalihkan pandangan padaku. Ha ha, memang inilah yang aku inginkan.
Namun saat aku berjalan beberapa langkah ke depan, aku merasakan seseorang di belakangku memegang cadarku.
Saat itu juga aku takut jika cadarku akan lepas. Di situasi yang padat orang seperti ini, jika cadarku lepas dan menampilkan wajahku yang cacat, aku pasti akan sangat malu.