Chereads / Suami Luar Biasa / Chapter 28 - Sayang, Kamu Merayuku?

Chapter 28 - Sayang, Kamu Merayuku?

Ketika aku mendengar kata-kata "perhatian khusus", aku tidak bisa menahan senyumku. Tampaknya meskipun Bei Mingyan telah menghilang selama beberapa hari, ia tetap mengetahui segalanya yang terjadi di sekitarku. Ia juga mengambil keuntungan dari posisinya untuk membalaskan dendamku. 

Ketika aku memikirkan Bei Mingyan, tiba-tiba terdengar suara di telingaku yang sudah lama menghilang.

Detik berikutnya, tubuhku ditarik ke dalam pelukan yang dingin. 

Aku mendongak, entah sejak kapan ia berdiri di sampingku. Sepasang mata elangnya menatapku dan terkekeh, "Baru dua hari aku tidak ada di sini, tetapi tampaknya istriku sudah terlibat banyak masalah. Sepertinya aku harus membuatmu tetap fokus kepada suamimu ini." 

Sangat jelas ia hanya pergi selama dua hari, tapi aku merasa seolah-olah ia telah pergi selama bertahun-tahun. Mungkin karena dua hari ini terjadi banyak kejadian yang mengejutkan dan tidak terduga. 

Bei Mingyan tampaknya membaca pikiranku dan tertawa, "Saat melihat suamimu lagi, bukankah kamu ingin mengatakan kalau kau tidak bertemu dengannya, sehari terasa seperti tiga musim?" 

Aku sengaja melepaskan diri dan menolak pernyataannya, "Jangan terlalu percaya diri. Aku tidak memikirkanmu." 

Apakah aku benar-benar tidak memikirkannya? Ketika aku terjebak di dalam taksi bersama hantu wanita itu, aku benar-benar sudah tidak memiliki harapan di hatiku. Aku berharap Bei Mingyan tiba-tiba muncul dan menyelamatkanku dalam kesulitan ini. Aku hanya bisa bertanya pada diri sendiri. Aku jelas tidak bisa berbohong pada diriku sendiri. 

Pengalaman masa laluku membuatku menanamkan kebiasaan untuk tidak bergantung kepada orang lain. Tetapi sejak diselamatkan oleh Bei Mingyan lagi dan lagi, kebiasaan itu berangsur-angsur goyah. Dalam hati aku kembali menegaskan untuk tidak bergantung kepadanya. 

Mungkin, beberapa waktu lalu aku memang berharap akan ada pria yang yang membuatku jatuh cinta dan membuatku bergantung dengannya. Sekarang pria itu benar-benar muncul dan sedang berdiri di hadapanku. Meskipun aku tidak yakin, namun sepertinya ia layak untuk bisa diandalkan. 

Tepat ketika aku sedang memikirkannya, cahaya biru tiba-tiba muncul di pergelangan tanganku.

Aku tidak tahu kenapa cahaya itu tiba-tiba muncul. Bei Mingyan lalu mengangkat pergelangan tanganku dan menjelaskan, "Ini adalah Roh Hantu. Kamu telah menangkap hantu merah dan menghilangkan kebenciaan dan keluhannya. Jadi Roh Hantu yang ada di tubuhnya melekat padamu." 

Ternyata ini adalah Roh Hantu. Aku terkejut melihat benda kecil berwarna biru itu melayang. Aku melihat ekspresi kegembiraan di wajah Bei Mingyan. Ia memainkan Roh Hantu itu di ujung jarinya dan mengamatinya dengan cermat. 

"Qianqiu, kamu sangat beruntung. Begitu cepatnya kamu bisa menemukannya. Kamu tidak tahu betapa berharganya benda kecil ini." 

Entah kenapa, aku merasa tidak nyaman ketika Bei Mingyan mengatakan hal tersebut, "Kamu ingin bersamaku hanya untuk mendapatkan Roh Hantu ini kan?" 

Meskipun aku sudah mengetahui kebenarannya, aku masih tetap mengajukan pertanyaan yang sama. Aku hanya bisa menertawakan diriku sendiri. 

Mata elang Bei Mingyan menatapku cukup lama, segera setelahnya, ujung jarinya mengeluarkan api berwarna hijau-biru dan membakar Roh Hantu secara menyeluruh. 

Aku terperanjat melihatnya, "Apa yang kamu lakukan?"

Bei Mingyan masih menatapku dan bibir itu perlahan tersenyum, "Untuk membuktikan ketulusanku, aku harus menghancurkan Roh Hantu itu." 

Ketika ia mengatakan hal itu, aku merasa bodoh. Aku jelas-jelas mengatakan akan membantunya menemukan Roh Hantu ini untuk mengembalikan ingatannya. Tetapi aku justru membiarkan perasaanku menghalangi kebahagiaannya. 

Aku memohon, "Aku tidak akan mengajukan pertanyaan bodoh ini lagi. Jangan sia-sia kan itu. Bukankah kamu mengatakan kalau Roh Hantu itu sangat berharga?" 

"Mana yang lebih berharga, sayangku?" Ia menatapku dengan lembut. 

"Jangan bicara omong kosong." Aku berbisik ke arahnya, "Siapa sayangmu?" 

Bei Mingyan melihat wajahku yang merah merona dan tidak lagi menggodaku. Ia lalu mengeluarkan artefak emas dari manset seperti pemain sulap. 

Aku melihat lebih dekat, itu adalah busur dan anak panah yang terbuat dari emas, besarnya hanya seukuran telapak tangan, tetapi warnanya sangat murni, kilau keemasannya memancar sangat indah. Bagian atasnya tertanam sebuah safir, terasa hangat dan halus. Terlihat seperti artefak langka. 

"Ini... Asura?" 

Aku berseru tanpa sadar. Aku melihat kilat di mata Bei Mingyan dan aku pun terkejut saat aku tanpa sadar mengatakan kata "Asura". 

"Kamu tahu busur ini?" Bei Mingyan bertanya dengan serius. 

"Aku tidak tahu. Mungkin aku pernah melihatnya di salah satu serial TV." 

Bei Mingyan menatapku untuk beberapa saat, kemudian ia meletakkan busur dan panah di tanganku dan tersenyum, "Aku tidak di sini selama dua hari. Aku mencari raja neraka untuk meminta barang berharga ini. Ini adalah harta dari kuil Neraka ke Delapan dan ini senjata untuk melindungi dirimu. "

Aku tidak bisa menahan rasa senangku. Aku memegang busur yang ada di tanganku. Ukurannya yang kecil mudah dibawa dan sangat ringan. Aku mencoba membuka busur dan ada cahaya putih yang berpendar menembus panah . Saat ada sedikit celah, panah dengan cepat melesat ke langit malam.

Aku benar-benar tidak bisa menahan rasa kagumku, "Benar-benar sakti." 

"Jika kamu menyukainya, itu bagus. Ini adalah senjata yang kuat. Meskipun kecil tapi benda ini memiliki kekuatan yang luar biasa." Bei Mingyan menarik busur itu. 

"Aku takut aku tidak bisa melindungimu setiap waktu. Jika kamu menemukan hantu yang tidak baik, gunakan itu untuk melindungi dirimu sendiri."

Aku mengangguk kegirangan dan memandangi busur dan anak panah seukuran telapak tangan ini. Aku sangat menyukainya. 

Bei Mingyan tampaknya tahu bahwa koin emas kaisar di pergelangan tanganku telah gagal dalam keadaan darurat dan kemudian ia memberiku busur dan anak panah untuk membela diri. Ini sangat cocok untukku. Busur dan anak panah, cocok untukku.

Saat aku teringat tentang koin emas itu, aku bertanya, "Mengapa benda ini tidak berfungsi saat hantu kuning itu datang?" 

Setelah mempertanyakan ini aku baru tahu ternyata koin emas kaisar itu hanya akan muncul ketika hantu memiliki niat untuk melukaiku, sedangkan hantu pria kuning itu datang bukan untuk melukaiku tetapi untuk mencuri barang-barangku. Aku pun baru menyadari bahwa ternyata ia hanya berniat untuk mencuri sidik jariku. 

Bahkan saat ia meneteskan air liur ke tempat tidurku dan menyentuhku dengan cara yang buruk, asalkan ia tidak memiliki niat untuk membunuhku, maka ia tidak akan merasakan sakit dari koin emas itu. 

Penjelasan ini... Aku tidak memiliki kata-kata untuk menjawabnya. 

Lupakan saja, koin emas ini hanya untuk menangkal roh jahat. Mulai sekarang, perlu mengandalkan Asura untuk berurusan dengan hantu. Aku seperti anak kecil yang memegang mainan barunya. Aku meletakkan busur dan panah di tanganku.

Malam itu, Bei Mingyan mengikutiku kembali ke rumah. Kami berjalan bersama dan aku merasa tidak ada yang salah dengan itu. Tampaknya selama ia tidak mendapat tugas apapun, ia akan tinggal bersamaku.

"Bukankah kamu pangeran hantu? Kenapa kamu selalu mengikutiku seperti anak kecil?" 

Malam ini aku berbaring di tempat tidur dan tubuhku disambut oleh tubuhnya yang dingin. 

"Kamu adalah istriku." Ia membelai rambutku lalu menyelipkannya di belakang telingaku, "Karena suamimu sangat memahami kalau kamu adalah manusia, kamu tidak akan dipaksa untuk mengikutiku ke dunia bawah. Sebegitu cepatnya kah kamu ingin meresmikan hubungan kita?"

Pergi ke dunia bawah! Aku agak merinding dan otakku langsung menunjukkan gambar horor berdarah di neraka lantai 18. Aku tidak bisa menahan ketakutanku. 

Bei Mingyan menyadari ketakutanku. Ia hanya menyeringai dan semakin mempererat pelukannya. Ia menepati janjinya dan hanya memelukku. 

Ketika badanku begitu dekat dengan dadanya yang dingin, aku justru merasa semakin kepanasan, "Terlalu kencang, longgarkan sedikit." 

"Sayang, kamu merayuku?"