Fang Xiaolei masih tidak mengatakan apa-apa. Ia tampak acuh tak acuh dan bibirnya masih tetap tertutup rapat.
Akhirnya aku berkata dengan marah, "Ini hanya sebuah studi di luar negeri. Jika kamu menginginkannya, aku akan memberikannya kepadamu. Tapi kenapa kamu justru menginginkan kematianku?"
Mungkin karena aku berbicara terlalu cepat, tenggorokanku terasa sakit dan aku mulai terbatuk.
Dengan cepat Bei Mingyan memegang pundakku dan membiarkanku bersandar di lengannya.
Tapi aku masih terbatuk tanpa henti sampai akhirnya batukku memuntahkan seteguk darah hitam.
Mataku mulai mengabur dan pusing kepalaku kembali mendera.
Mau tak mau aku meraih lengan Bei Mingyan dan mencoba menopang tubuhku. Sepertinya aku terlalu bersemangat sehingga racun di tubuhku akan menyerang lagi.
"Dia kehabisan waktu." Fang Xiaolei tiba-tiba mengelurakan suara dan menatapku.