Maaf?
Ia sudah menyakitiku dan aku akan segera mati. Lalu dengan mudahnya ia meminta maaf untuk menghindari kesalahannya sendiri?
Aku meremas pergelangan tangannya lebih keras dan bertanya dengan suara dingin, "Katakan yang sebenarnya. Siapa yang menyuruhmu? Mengapa kamu ingin meracuniku?"
Ia hanya menangis tersedu-sedu dengan air mata mengalir deras. Jika ada beberapa siswa yang tidak tahu dan kebetulan lewat, mereka pasti berpikir akulah yang menyakitinya.
"Cepat katakan!" Aku menahan suaraku dan menunggu dengan tidak sabar. Aku merasa waktuku sudah tidak banyak. Entah bagaimana, aku dapat merasa bahwa serangga dalam darahku siap untuk bergerak lagi.
Dengan hati-hati ia menatapku sembari menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tahu."
"Tidak tahu? Kamu masih ingin menyembunyikannya?"
"Aku tidak tahu," katanya terbata-bata. "Aku tidak tahu siapa yang ingin membunuhmu."