Fang Xiaolei berteriak keras.
Aku dapat memahami kemarahannya. Ia telah membawa makanan khusus dari kota asalnya untuk teman-teman sekelasnya. Tentu saja, ia tidak ingin diberi tahu bahwa ia memberikan sesuatu yang buruk hingga membuat teman sekamarnya pingsan.
Aku bergegas mencoba mencairkan suasana, "Shuangshuang, jangan asal menebak. Mungkin aku tidak sehat. Kalian yang memakan kue itu tidak memiliki masalah apapun dan hanya aku yang bermasalah."
Saat kembali ke asrama malam itu, aku masih diselimuti kebingungan.
Entah apakah aku yang terlalu sensitif berlebihan tapi aku selalu merasa ada sesuatu yang menendang dan mengangkat pakaianku. Padahal perutku rata dan halus tanpa kelainan apapun.
Tiba-tiba ponselku yang terletak di meja berdering. Aku segera membukanya dan mendapati itu adalah WeChat yang dikirim oleh Cai Wuli.