Pisau itu terbang dan melukai wajah Xu Shengze. Aku hanya bisa menjerit sambil menutup mulutku. Tampaknya situasinya sudah berada di luar kendaliku.
Darah merah segar segera muncul di wajah Xu Shengze dan ia hanya bisa terpana oleh kejadian yang baru saja terjadi. Saking terkejutnya, ia tampak telah melupakan rasa sakit di wajahnya. Aku dan Xu Shengze terpana melihat tiket film yang baru saja menjadi pisau tajam, sekarang dengan telah kembali seperti semula dan melayang jatuh di tanah.
"Xu Shengze, apakah kamu baik-baik saja?" Aku menatapnya dengan tatapan khawatir dan memikirkan bagaimana harus menjelaskan ini semua kepada Xu Shengze.
Ia menggelengkan kepalanya. Ia tidak bisa percaya dengan luka yang ada di wajahnya saat ini. "Apa yang baru saja terjadi?"
Aku berhenti bernafas sejenak dan aku tidak tahu harus berkata apa. Aku melihat wajahnya yang terluka, lalu mengambil tisu untuk membersihkan darahnya.
Aku baru saja akan mengangkat tangan ketika tiba-tiba aku merasakan tubuhku sudah dipeluk oleh tubuh yang dingin.
Segera setelahnya, keringat dingin keluar dari tubuhku. Saat aku menoleh ke samping, aku melihat Bei Mingyan sudah berdiri di belakangku dan sepasang lengannya sudah melingkar di pinggangku.
Ia memegang tanganku yang terangkat lalu berbisik dengan suara mengancam, tetapi aku rasa bisikan itu bukan ditujukan untukku.
"Lain kali jika berani menyentuhnya, bukan hanya wajahmu yang akan terluka."
"Siapa? Siapa yang berbicara?" Xu Shengze terkejut dan menatapku dengan ekspresi bertanya.
Aku tahu bahwa Xu Shengze tidak dapat melihat Bei Mingyan dan hantu sombong ini sengaja membiarkan Xu Shengze mendengar suaranya.
Aku tertawa beberapa kali, "Tidak ada. Kamu, kamu hanya salah dengar."
Aku bahkan tidak yakin dengan perkataanku sendiri. Suara Bei Mingyan jelas terdengar sangat rendah dan dalam.
Saat ini, ayah juga sudah berada di antara kami.
Begitu ia melihat wajah berdarah Xu Shengze, ia terkejut dan berteriak kepadaku, "Apa yang kamu lakukan? Mengapa tidak segera ambil kasa?!"
Ekspresi marah itu ditujukan padaku, seolah-olah aku yang telah menggaruk wajah Xu Shengze.
Aku hanya bisa melihat kemarahan ayah dengan sangat tidak berdaya. Lengan Bei Mingyan masih melingkari tubuhku dan tentu saja, ayah tidak bisa melihatnya. Saat ini, putrinya sedang ditahan oleh roh jahat. Aku tidak berani bergerak sama sekali.
Bei Mingyan menyadari dilema yang aku rasakan, lalu dengan sengaja menyeringai di telingaku, "Sepertinya ayahmu sangat menghargai lelaki itu, padahal menantu yang sebenarnya ada di sini."
Setelah mengatakannya, ia meletakkan bibirnya di wajahku lalu mengarahkan ciumannya ke sudut bibirku, bahkan tangannya mulai bermain di pinggangku.
Bei Mingyan kembali mencoba untuk menggodaku. Aku merasa marah dan berteriak kepada iblis ini, "Pergi!"
Teriakanku membuat Xu Shengze terkejut, "Qianqiu, kamu berbicara kepada siapa?"
"Bicara pada hantu!" Aku mendorong Bei Mingyan dan berjalan menjauhi tangga.
Aku tidak tahan lagi. Aku sudah tidak mau repot-repot memikirkan bagaimana reaksi Xu Shengze dan Ayah setelah melihat sikapku yang tidak dapat dijelaskan.
Aku berlari menuju kamarku. Saat aku akan menutup pintu, daun pintu kamarku terhalang oleh sebuah tangan besar.
Itu adalah tangan Bei Mingyan. Ia menatapku dan masih menunjukkan senyum kepuasan yang membuat amarahku meletup-letup.
Aku berkata dengan dingin, "Ayah dan Xu Shengze pasti mengira aku orang yang jahat. Apakah kamu puas dengan ini?"
Bei Mingyan tertawa dan sepasang mata elangnya menatapku dengan polos, "Apakah ini sangat serius?"
Aku meliriknya dan berkata, "Aku akan menambahkan lagi aturan yang sudah aku buat. Ini aturan yang keberapa?"
Ia menatapku dengan tidak senang, "Kelima."
"Benar, kelima. Jangan menyentuhku di depan keluargaku dan teman-temanku! Dan juga jangan bermain-main dengan temanku."
"Sayang, ini yang kedua." Bei Mingyan langsung menggendongku dan dengan senyum liciknya mencoba untuk melanggar aturan yang sudah kubuat.
"Yang kedua apanya!" Aku melotot ke arahnya.
Ia mengangkatku dan membaringkanku di atas kasur, lalu mengulurkan sepasang tangan besarnya untuk membelai wajahku. Detik berikutnya ia mencium lembut keningku dan berkata, "Aku ingin menambahkan satu lagi. Jangan ada hubungan dekat dengan pria selain suamimu ini. Dan yang paling terutama, jangan biarkan pria lain menyentuh rambutmu. "
Aku tau ia masih merasa khawatir, tetapi aku tidak bisa menahan senyum melihat kecemburuannya saat ini.
"Aku tahu. Bagaimana mungkin aku tidak mendengarkan perkataan suamiku." kataku sambil menyandarkan kepalaku ke pundaknya dan mendongak menatap matanya.
Lalu tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu dan disusul suara Xu Shengze setelahnya, "Qianqiu, aku pergi dulu."
Aku tidak berani menjawab Xu Shengze. Tubuhku kaku di pundak Bei Mingyan dan meskipun aku tidak menatapnya sekarang, aku bisa merasakan ia sedang melotot ke arahku saat ini.
Aku khawatir jika pintu itu tiba-tiba terbuka. Aku menyesal tidak mengunci pintu kamarku. Namun setelah beberapa saat, tidak terdengar suara di luar pintu. Sepertinya Xu Shengze sudah pergi. Akhirnya aku bisa menghela nafas lega.
Aku mendorong Bei Mingyan dan masih takut untuk melihat ke arahnya. Aku berjalan ke arah pintu dan memastikan jika Xu Shengze sudah benar-benar pergi.
Bei Mingyan yang sedang berbaring di kasurku tersenyum santai sambil menatapku.
"Ada masalah?" Saat ini aku hanya berharap ia segera pergi dari hadapanku.
Lalu ia tersenyum kecil dan mengatakan sesuatu yang membuatku takut, "Lakukan tugasmu dengan baik karena akan ada banyak orang yang mengenal Xia Qianqiu di pesta itu."
——
Sejak hari itu, Xu Shengze tidak pernah ke rumahku. Aku tidak tahu apakah ia takut dengan hal-hal aneh yang terjadi di keluargaku atau ia memiliki alasan lain. Bahkan Ia tidak pernah menghubungiku lagi.
Inilah yang aku maksudkan. Bei Mingyan adalah roh jahat yang posesif dan sombong, membuatku tidak tahu harus merasa senang atau sedih dengan hal ini.
Sampai di hari pesta, aku baru sekali ini melihat Xu Shengze mengenakan pakaian formal.
Saat itu, matahari sudah mulai terbenam,tetapi suasana di dalam Galaxy Bar terasa seperti siang hari. Di bawah lampu gantung yang mempesona, diletakkan air mancur emas yang dihiasi oleh cahaya lampu yang unik.
Para tamu pria dan wanita mengenakan pakaian formal dan mereka berdiri secara berkelompok tiga sampai lima orang untuk minum bersama dan saling berbincang.
Aku tidak terlalu suka acara sosial semacam ini. Semua orang tersenyum dan tertawa, tetapi itu seperti wajah palsu.
Begitu aku memasuki lobi, aku hanya menyapa Xu Shengze untuk menunjukkan bahwa aku memenuhi undangan pestanya. Aku merasa sangat bosan dan akhirnya mencari tempat yang tidak ada siapapun untuk menikmati anggur merah sendirian.
Bei Mingyan masih belum terlalu mempercayaiku untuk datang ke pesta ini sendiri, tetapi tampaknya ia memiliki urusan lain. Ia adalah seorang pangeran yang memiliki tanggung jawab besar, jadi tidak mungkin ia bisa selalu menemaniku setiap waktu.
Jadi tanpanya, aku merasa sangat bebas. Sangat berbahaya jika ia menemukan orang yang dengan sengaja menggodaku di pesta ini. Ia tidak segan-segan akan membunuhnya.
Aku tidak bisa menahan senyum ketika memikirkan wajahnya yang terbakar cemburu.
Tetapi tiba-tiba aku mendengar suara batuk yang disengaja di belakangku dan disertai dengan tawa sinis.