Aku menatap mural dengan linglung dan pikiranku masih berkelana entah kemana.
Bagaimana mungkin itu wajahku? Kebetulan ataukah ada sesuatu yang lain?
Tiba-tiba aku mengerti mengapa Bei Mingyan bersikeras membawaku ke sini. Mungkin ia tahu bahwa makam itu memiliki asal usul yang dapat menjelaskan masa laluku.
Dari awal seharusnya aku sudah menduga. Tidak mungkin ia akan menempatkanku ke dalam bahaya seperti itu tanpa alasan yang kuat.
Aku bertanya ragu-ragu, "Mengapa wanita di mural itu terlihat seperti aku?"
Mata Bei Mingyan sedikit terpana, tapi ia tidak menjawab. Tanpa aba-aba ia justru meraih tanganku, melintasi patung batu besar yang jatuh, dan bergegas ke bagian yang lebih dalam dari koridor.
Saat ini aku hanya merasa bingung dan bertanya, "Bukankah itu seharusnya kehidupan masa laluku?"
Ia tetap diam.