Aku mengangkat kepala dan bertanya, "Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu mau membantuku?"
Bei Mingyuan membungkuk lalu menatap tepat di mataku dan berkata, "Aku adalah pangeran hantu."
Pangeran hantu? Apa itu? Aku belum pernah mendengarnya. Dia mengerti kebingunganku dan menjelaskan, "Pangeran hantu adalah menteri raja neraka. Ia yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang hidup."
Aku mengangguk tanda bahwa aku memahaminya. Mungkin seperti perdana menteri, posisinya di dunia hantu pasti menjadi yang ke dua setelah raja neraka.
Lalu aku kembali bertanya, "Lantas, mengapa kamu membantuku?"
Ia tersenyum, "Apa kamu mau mendengar alasanku yang sejujurnya?"
Aku menatapnya dan tanpa berpikir panjang menjawab, "Tentu saja."
Ia menghela nafas dan menjawab dengan pasrah, "Karena kamu lahir dari kekuatan Yin yang besar sehingga kamu dapat menarik para hantu untuk datang kepadamu dan itu membantuku untuk menangkap mereka."
"Jadi, kamu ingin menikah denganku hanya agar bisa menangkap para hantu?"
Aku berkata dalam hati, jawaban yang ia berikan tidaklah harus menggambarkan apa yang dinamakan takdir cinta, cinta yang bertahun-tahun, dan keterikatan untuk hidup bersama selamanya. Tetapi ia justru mengatakan padaku bahwa dia ingin menikahiku hanya untuk menangkap hantu!
Entah kenapa tiba-tiba aku merasa sedikit kecewa. Ternyata ia hanya memanfaatku untuk menarik hantu-hantu itu dan baru membantuku lagi dan lagi.
Aku mendorongnya menjauh dan ia menatapku dengan alis yang terangkat.
Bei Mingyan melihatku mengabaikannya dan sekali lagi ia menggandeng tanganku. Satu jarinya dengan lembut mengangkat daguku, kemudian ia tersenyum, "Kamu merasa kecewa?"
"Tidak! Lepaskan aku!" Aku membentaknya dan menyingkirkan jarinya dari daguku. Bahkan aku tidak tahu kenapa kemarahan ini tiba-tiba datang.
Ia justru membawaku semakin mendekat ke arahnya. Ia mendorongku ke arah pohon dan ia meletakkan tangannya diatas kepalaku, membuatku terperangkap di lengannya.
Aku terkejut, "Apa yang kamu lakukan?"
Ia tersenyum padaku. Mata elangnya yang memikat bagaikan kristal yang menyala-nyala.
Detik berikutnya, bibirnya yang dingin mencium bibirku dengan dalam...
"Eh..." Seharusnya aku merasakan hawa dingin membungkus tubuhku, tetapi aku justru merasakan darahku mengalir dengan deras saat ini, wajahku memerah dan terasa panas, dan jantungku berdetak dengan dahsyat.
Bibirnya semakin menekanku, lidah yang dingin itu terasa lembut dan posesif. Aku tidak bisa menahan serangannya yang begitu lembut. Aku sudah berhenti memberontak dan membiarkannya bermain di bibirku.
Butuh waktu yang lama sampai akhirnya ia melepasku. Aku terengah-engah. Wajahnya tidak memerah sepertiku.
Dia tersenyum lembut. Bibirnya sedikit terbuka dan berbisik pelan di wajahku, "Aku tidak menyangkal bahwa aku dulu memanfaatkanmu, tetapi sekarang aku benar-benar tertarik padamu."
Ketika ia mengatakannya, aku memperhatikan dia sedang melirik ke arah jimat pemberian ibuku.
Entah kenapa, tampaknya ia sangat peduli dengan peninggalan yang diberikan ibu kepadaku.
Tiba-tiba aku punya firasat kalau ia menyebutku hanya dimanfaatkan olehnya adalah sebuah kebohongan.
——
Aku tidak tahu kapan aku tertidur. Ketika aku bangun, aku menemukan diriku sudah duduk di mobil Land Rover milik ayah. Ia sedang mengemudi di jalan berliku, masih jalan dari desa gunung.
Liang Qiu duduk di samping kemudi dan sedang merapikan riasan di wajahnya dengan santai.
Dan di sampingku, Xia Qianyang sedang menunduk bermain ponsel dengan diam dan mengabaikanku.
Aku sedang memikirkan saat-saat menegangkan yang terjadi akhir-akhir ini dan sekarang aku dikejutkan oleh kedamaian dan keharmonisan yang ada di depan mataku. Aku teringat oleh kata-kata yang diucapkan oleh Bei Mingyan, "Aku berjanji saat kamu terbangun, semuanya akan kembali seperti semula."
Aku tidak tahu bagaimana ia melakukannya. Sepertinya selain membantu menyembuhkan luka-lukaku, ia juga membantu memperbaiki mobil ayah.
Hei, itu dia. Aku tidak perlu membeli asuransi untuk masa depan. Aku tertawa dalam hati.
Setelah melihat semuanya utuh, dengan ragu aku bertanya, "Apa ada yang terjadi pada kita selama di perjalanan?"
Ayah menaikkan alis kebingungan. Ia melihatku dari kaca spion dan berkata, "Tidak, semua berjalan baik. Kamu terus tertidur di sepanjang jalan. Kita akan tiba sebentar lagi."
Benar saja, bahkan memori kecelakaan mobil itu telah dihilangkan oleh Bei Mingyan.
Bagiku lebih baik seperti ini daripada harus menjelaskan sesuatu yang sulit.
Memikirkan hantu pria itu, diam-diam hatiku berdebar. Jika bukan karena dia, aku tidak tahu bagaimana harus menghadapi kecelakaan tak terduga yang terjadi malam ini.
Tanpa sadar bibirku terangkat sedikit.
Tiba-tiba sebuah suara berbisik terdengar di telingaku, "Apakah aku penyebab di balik ekspresi itu?"
Aku terkejut oleh suara itu. Aku melihat Bei Mingyan benar-benar duduk di dalam mobil.
Saking terkejutnya aku hampir saja berteriak. Ia sekarang duduk di sisi di sebelah kananku. Ia menatapku sambil tersenyum.
Aku melihat sekeliling mobil. Xia Qianyang yang duduk di sebelahku masih tidak bisa melepaskan diri dari ponsel di tangannya. Di barisan depan, ayah sedang mengemudi, sedangkan Liang Qiu sedang merias wajahnya. Mereka semua begitu tenang dan sibuk dengan urusannya masing-masing. Sepertinya mereka tidak menyadari jika mobil ini telah diisi penuh oleh lima orang.
Bukan, itu hantu.
Hantu ini sepertinya bisa membaca pikiran. Ia lalu berbisik di telingaku, "Mereka tidak bisa melihatku dan tidak bisa mendengar suaraku."
Aku cukup yakin.
Aku hendak menoleh, tetapi ia memegang tanganku erat dan berkata lembut, "Aku khawatir kamu akan ada dalam bahaya lagi, jadi cukup ikuti saja seperti ini."
Aku mengangguk. Aku merasa jika dia ada didekatku, hatiku merasa tenang.
Aku berbalik dan melihat lurus ke depan. Aku tidak berani melihat ke arah Bei Mingyuan karena aku takut akan diperhatikan oleh orang lain yang ada di dalam mobil.
Tidak berselang lama, aku mendapat pesan WeChat.
Ketika aku membukanya, pesan itu dikirim oleh Xu Shengze. Ia mengetikkan beberapa kata di sana, "Apakah kamu sudah kembali? Jangan lupakan pesta minggu depan."
Aku membalas beberapa kata kepadanya, "Oke, aku akan datang."
Ia membalas lagi, "Sampai jumpa."
Xu Shengze adalah temanku dan ia sedang membuka bar sendiri sekarang. Tentu saja, itu hanya bisnis sampingannya. Bisnis utamanya adalah pemilik perusahaan dan juga mitra bisnis ayahku.
Aku menutup kotak obrolan dan mulai memejamkan mata. Tetapi tiba-tiba aku mendengar suara ejekan di telingaku, "Qianqiu, siapa pria itu?"
Aku berkedip melihatnya. Bei Mingyan menempelkan dirinya kepadaku dan mata elangnya menunjukkan sedikit kesuraman.
Aku menggelengkan kepalaku tak berdaya lalu membuka ponsel dan mengetikkan satu kata, "Teman."
Ia menatapku dengan curiga dan wajahnya perlahan mendekat. Ia mengeluarkan suara dan itu terdengar sangat serius, "Aku tidak suka kamu berurusan dengan pria lain."
Aku mengetikkan beberapa kata, "Kamu terlalu banyak berpikir, dia hanya teman."
Ia tiba-tiba mengulurkan tangan dan menangkap pinggangku dengan erat, menarikku ke dalam pelukannya.
Tubuhku kaku dan gemetar seketika. Mau tidak mau aku memberinya tatapan peringatan.
Bei Mingyan melihat keenggananku dan ia menaptaku dengan memberikan cengiran nakal.
Aku mendapatkan sinyal buruk. Cengiran itu menunjukkan sesuatu yang tidak baik.
Benar saja, pria ini tidak hanya meletakkan tangannya saja, tetapi malah meningkatkan kekuatannya. Satu tangannya yang memegang pinggangku mulai bergerak naik-turun, membelai pinggangku.
Aku berusaha memegang tangannya sambil berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Aku berusaha bersikap santai, takut jika Xia Qianyang yang berada di sampingku bisa melihat aku bergerak tidak wajar.