Malam itu, akhirnya aku menata semua cincin berlian itu dan meletakkannya ke lemari.
Bei Mingyan yang sedari tadi hanya berkeliling di sekitarku tiba-tiba berbisik dari belakang, "Setelah ini, pakaialah setiap hari secara bergantian tanpa harus memilih."
Suara itu terdengar lembut, tetapi menunjukkan otoritas yang tidak perlu dipertanyakan lagi.
Aku mengangguk patuh, mengambil salah satu dari mereka untuk dikenakan, yang langsung direbut oleh Bei Mingyan. Setelahnya ia mengangkat tangan kiriku dan perlahan meletakkan cincin di jari manis kiriku.
Mata elangnya yang biasa terlihat tajam, kali ini memandangku dengan lembut dan terlihat serius.
Nafasnya yang dingin menyelimuti bibirku, semuanya terasa menyenangkan dan indah. Bahkan sekarang, setiap kali ia mendekat spontan pipiku berubah menjadi panas dan jantungku berdebar dengan hebat.
Namun, sebuah dering telepon menghancurkan momen indah ini.