Niu Siguang yang berdiri di depan tim kelasnya sendiri melihat adik ketiga belasnya yang begitu terlihat bangga dan penuh percaya diri. Hal tersebut membuat mata tuanya sangat iri ketika melihat hal ini.
Aduh, tahun ini aku sudah berumur enam puluh enam tahun. Tapi aku masih saja hanya jadi guru utama di kelas tingkat merah. Tidak sebagus jabatan dari adik ketiga belas ku yang lebih muda beberapa puluh tahun dariku itu, batin Niu Siguang.
Niu Siguang memikirkan semua ini, tanpa sadar dia menoleh dan menatap para murid di kelasnya. Sebab, dia sungguh berharap pada ujian latihan kali ini, murid-muridnya itu dapat memperoleh sebuah keajaiban dengan mendapatkan prestasi yang luar biasa bagus. Dengan begini, dia pun jadi bisa bertanggung jawab dengan pilihan hidupnya selama ini.