Darah hijau itu sangat ajaib. Tidak lama kemudian, nenek Ye siuman dan bekas pukulan di tubuhnya menghilang, rasa sakit pun sudah tidak ada lagi.
"Nenek Ye kamu sudah siuman!" kata Pao Baobao. Dia pun menyobek sehelai kain dari pakaiannya, lalu melilitkannya di pergelangan tangannya. Kemudian dia tersenyum dan memperlihatkan dua gigi taringnya yang tajam ke nenek Ye. Untung saja nenek Ye baik-baik saja! Baguslah kalau tidak apa-apa! batinnya.
Begitu nenek Ye melihat kalau Pao Baobao menyelamatkan dirinya dengan darahnya. Dia pun buru-buru bangkit dan meraih tangan Pao Baobao untuk memeriksanya. "Dasar kamu ini, anak bodoh!" katanya setelah itu.
Pao Baobao menggaruk kepalanya sendiri, tersenyum dan berkata dengan bibir yang pucat, "Tidak apa-apa kok, nenek Ye. Kamu adalah satu-satunya orang terdekatku. Semua orang boleh saja mati. Tapi kamu tidak."