Senin, hari yang membuat Beby merasa sangat malas. Bagaimana tidak? Pagi-pagi sekali Devan sudah datang ke rumahnya dengan alasan ingin berangkat sekolah bersama.
Tentu saja hal itu membuat Beby harus terburu-buru bersiap-siap memakai seragam sekolahnya.
Dirinya kini sedang sarapan bersama Troy, Boby, dan juga Devan. Sementara Maminya? Sedang sibuk dengan butiknya yang berada di luar Negri.
"Kamu sering-sering datang pagi-pagi ya, Dev. Biar Beby gampang bangunnya," ujar Troy dan Devan hanya mengangguk sembari tersenyum.
Beby sedari tadi hanya memasang ekspresi cemberutnya. Satu meja dengan para pria memang sangat menyebalkan.
"Ini sebenarnya mau sarapan atau menggosip?" sindir Beby yang membuat Troy diam karena takut putri kesayangannya marah.
Beby melanjutkan sarapannya dengan tidak semangat. Devan memang benar-benar membuat moodnya berantakan.
Setelah selesai sarapan, Devan dan Beby segera pamit pada Troy begitupun dengan Boby.
Devan dan Beby berangkat dengan mobil Devan, sementara Boby dengan motornya sendiri.
Alasan Devan tidak ingin ke sekolah naik motor karena rok yang Beby kenakan itu pendek, ia tidak mau orang lain melihat tubuh Beby.
Di dalam mobil Beby hanya menatap ke arah jendela. Dirinya maish kesal dengan Devan yang membangunkannya pukul lima pagi.
Hanya ada kebisuan di dalam mobil, baik Devan ataupun Beby, keduanya tidak membuka obrolan sama sekali.
Kalian sudah tau bukan bagaimana sikap Devan? Dingin dan banyak diam.
Tapi entah kenapa, untuk kali ini, Devan tidak ingin menjadi dingin dan banyak diam. Ia ingin mendengar ocehan Beby.
"Marah?" tanya Devan namun seperti orang bergumam.
"Siapa?"
"Kamu."
Beby diam. Panggilan baru dari Devan lagi dan lagi berhasil membuatnya menjadi beku di tempat.
Namun Beby kembali pada sikap awal, cuek.
"Iya, gue marah sama lo!" ketus Beby.
"Aku," ujar Devan.
"Aku apanya, si?" tanya Beby heran.
"Sayang kamu."
Kenapa kata-kata yang begitu cheesy jika dilontarkan dari mulut Devan justru terkesan sangat manis dan romantis?
"Gue sayangnya sama diri gue, bukan sama lo!"
Devan terkekeh, jujur ia sangat merindukan Beby, ia ingin sekali Beby kembali kepadanya, menjadi Beby yang selalu manja dengannya.
"Ini kita kenapa nggak sampai-sampai, si?" tanya Beby dengan nada kesal.
Tiba-tiba saja Devan merubah kecepatan mobilnya menjadi sangat cepat sehingga membuat Beby ketakutan dan melontarkan semua umpatan kepada Devan.
"Devan pelan-pelan!"
"Devan jangan bikin gue mati!"
"Devan stop!"
"Devan-"
"Lo berisik."
Ucapan Devan membuat Beby diam karena Devan sudah menurunkan kecepatan mobilnya.
"Dasar nggak konsisten! Tadi kamu, sekarang lo!" gerutu Beby yang masih dapat Devan dengar namun Devan memilih untuk diam.
"Gue itu pacarnya atau apa, si? Mana ada pacar yang ngajak mati!"
"Pacar itu ngajak senang-senang!"
"Udah?" tanya Devan.
"Apanya?"
"Sudah menggerutunya?" tanya Devan lagi dan Beby hanya diam.
Mobil kini sudah memasuki parkiran sekolah. Saat Beby hendak membuat seatbeltnya, Devan menahan tangannya dan membukakan seatbelt Beby.
"Tunggu di sini!" ujarnya sementara Devan keluar dari dalam mobil.
Devan mengitari mobil dan membukakan pintu mobil Beby, yang membuat Beby merasa dirinya sangat special.
Tiba-tiba saja Devan mengecup pipi Beby, yang membuat gadis itu bersemu merah.
"Maaf, nggak bisa bikin kamu senang," ujar Devan, dan Beby masih diam.
Devan menggandeng tangan Beby dan mengantarkan kekasihnya itu menuju kelasnya.
Banyak pasang mata yang menatap iri ke arah mereka berdua, namun ada beberapa juga yang memberi tatapan kagum. Karena menurut beberapa dari siswa di sekolah itu, Devan dan Beby sangat cocok.
Keduanya kini sampai di depan kelas Beby. Devan segera mengacak-ngacak rambut Beby, kemudian berkata, "nanti ke kantin bareng aku." Dan setelahnya pergi.
Beby masih mematung di tempatnya, kemudian mengerang.
"Devan kenapa jadi manis banget, si?"