Beby kini sedang berada di kantin bersama dengan Devan, Jessie, Ray, Alvin, dan juga Ken.
Beby sedari tadi menikmati makanannya dengan canggung karena tidak biasa makan bersama.
"Eh, Beb. Kok lo mau sama Devan?"
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Alvin membuat Beby bingung harus menjawab apa.
"Nggak heran si, Devan ganteng. Justru yang harus dipertanyakan kalau Beby maunya sama lo."
Untung saja Ken menjawab dan Beby bisa bernapas lega.
Beby melanjutkan makannya, namun beberapa detik kemudian bajunya basah karena disiram jus oleh seseorang.
Beby menoleh ke arah orang itu, orang itu adalah Bianca, perempuan yang sangat terobsesi dengan Devan.
Bianca menatap remeh ke arah Beby, saat dirinya hendak pergi, langkahnya terhenti karena mendengar teriakan Beby.
"Maksud lo apa?"
Bianca membalikan badannya dan tersenyum sinis ke arah Beby.
"Kotoran harus disiram bukan?" tanya Bianca yang membuat Beby merasa kesal.
"Bay the way, daleman lo kelihatan," ujar Bianca kemudian pergi bersama sahabatnya, Keva.
Banyak yang menatap ke arah Beby, terutama pria-pria penuh nafsu yang menatap dalaman Beby yang terlihat karena ia memakai baju putih.
Beby mau menangis rasanya. Tiba-tiba Devan membuka pakaiannya kemudian menyuruh Beby untuk memakainya, sementara Devan menggunakan kaus putih.
"Nggak usah lihat-lihat lo semua!" gertak Devan sembari menatap tajam satu per satu orang yang melihat ke arah Beby.
Tentu saja mereka semua takut dengan gertakan itu. Di sekolah ini siapa yang berani dengan Geraldi Devano?
Beby kini sudah melapisi seragamnya dengan seragam Devan tanpa membuka seragamnya terlebih dahulu.
Ia sedari tadi hanya menunduk. Beby ingin menangis namun ia malu untuk mengeluarkannya.
"Lo bawa Beby ke toilet aja, Jes. Takut nanti lengket," ujar Ray yang diangguki oleh Jessie.
Jessie segera membawa Beby ke dalam toilet untuk mengganti seragam sekolahnya.
Sementara Devan kembali duduk di tempatnya dan menggebrak meja yang ada di hadapannya.
"Bianca brengsek!" geramnya sembari mengepalkan kedua tangannya.
Ray menatap prihatin ke arah sahabatnya, bagaimanapun, menghadapi wanita seperti Bianca tidak boleh gegabah.
"Lo tau kan akibatnya?" tanya Ray dan Devan segera menatap tajam ke arahnya.
"Nggak akan gue biarin siapapun nyentuh Beby!" tukas Devan.
"Lo nggak akan bisa jadiin Beby milik lo sepenuhnya, Dev. Bahkan Beby sendiri nggak ingat siapa diri lo," ujar Ray.
"Maksud lo apa?" tanya Devan emosi.
"Sabar, tahan emosi. Lagipula, kalau lo mau bikin Beby jadi milik lo sepenuhnya, lo nggak harus maksa, Dev," ujar Ken.
"Benar, sikap lo justru bikin Beby ngerasa karena lo dia jadi punya masalah." Alvin menambahkan ucapan Ken yang membuat Devan bungkam.
"Kalau emang lo sayang sama Beby, bikin Beby nyaman, bukan merasa tertekan," ujar Ray.
Devan hanya diam, bingung apa yang harus ia lakukan. Bagaimanapun, ia tidak mau kehilangan Beby untuk yang kedua kalinya.
Devan tidak mau mengulang kesalahan di masa lalunya. Devan menyayangi Beby, dulu, sekarang, atau bahkan nanti.
Hanya Beby wanita yang ia sayang selain Bundanya, hanya Beby.
"Gue udah terlanjur sayang sama Beby," lirih Devan.
"Lo terlalu takut kejadian di masa lalu terulang kembali makannya lo terlalu terobsesi sama Beby. Ingat Dev, lo nggak perlu buat Beby ingat sama lo, lo bisa bikin Beby yang sekarang juga jatuh cinta sama lo, tapi nggak dengan cara memaksa," ucap Ray.
Devan menjadi semakin bingung, haruskah ia mengakhiri hubungan sepihaknya dengan Beby? Namun Devan benar-benar tidak bisa.
Perlu diingat, Devan adalah cinta pertamanya Beby.
"Gue nggak akan bisa ngelepas Beby," lirihnya, lagi.