Galena membuka buku catatan yang ia simpan rapih di dalam laci meja. Lembar demi lembar di buka mencari nomor ponsel profesor Emir. Untung saja ia menyatatnya disini, jadi Galena tak perlu datang ke Bandung hanya untuk meminta kembali nomor ponsel profesor Emir.
Tanpa membuang waktu lagi setelah menemukannya, Galena langsung menghubungi nomor tersebut. Bunyi 'klik' memberitahu jika panggilan itu sudah tersambung.
"Hola Profesor," sapa Galena.
{Hola, Galena?}
"Iya ini aku. Ponselku kemarin hilang, ini nomor ponsel baruku."
{Aku tidak peduli ponselmu hilang atau tidak. Aku bersyukur kau masih bisa bernapas dalam keadaan yang—}
Galena tersenyum kecil mendengar Profesor Emir yang terdengar bingung menyelesaikan kalimatnya. Sebab sejak awal kondisi Galena sudah tak bisa lagi dikatakan sehat dan baik-baik saja.
