Vano mengemudikan mobil seperti orang ling lung. Tak tahu arah. Tak tahu tujuan. Pernyataan Vanya terus menerut berputar secara berulang di otaknya seperti kaset rusak. Pantas saja kedekatan Vino dan Galena sangat membuat Vano terkejut.
Kesimpulan Vano setelah mengelilingi kota Jakarta selama dua jam adalah ; sudah banyak pembangunan, namun masalah tetap sama, macet. Tapi tak mengubur kenangan indah Vano semasa sekolah dahulu.
Bingung, Vano memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Memukul setir mobil untuk melampiaskan amarahnya.
"Berengsek." Desis Vano.
Di ambilnya benda pipih berwarna hitam milik Vano, di tatapnya wallpaper foto dirinya dan Galena sepuluh tahun yang lalu di pantai. Ini gila. Bagaimana bisa Vano terjebak ke dalam kenangan dan orang yang sama selama sepuluh tahun yang saat ini sudah tidak ingin melihat kehadiran Vano lagi?
Dengusan terdengar ketika Vano melemparkan ponselnya ke jok samping.