Yang Sean tahu, riwayatnya sebentar lagi akan habis di tangan Mensa. Entah kenapa Sean menjadi merasa setakut, sengeri ini jika Mensa sudah marah. Terutama jika Mensa marah tanpa kata-kata, membuat Sean sulit untuk mengetahui apa yang sedang di pikirkan oleh tunangannya.
Ini terasa rumit.
Semenjak kejadian Mauren, Mensa menjadi sulit di hubungi. Mensa juga tidak membiarkan Sean mengikutinya ke apartement Mensa. Bahkan semua telepon Sean pun tak pernah Mensa angkat lagi.
Sean merutuki keasalahannya sendiri karena telah melupakan janjinya kepada Mensa untuk menjemput pulang kerja. Begitu pun dengan semua pesan dan telepon dari Mensa di hari itu yang tak Sean balas karena ponselnya dalam keadaan mode senyap.
Ini sudah hari ketiga Mensa mengabaikannya, sementara dua hari lagi Sean harus segera kembali ke Seoul.