Sean menghampiri Mensa, memayunginya agar Mensa semakin tidak kebasahan. Perlahan Mensa mendongkakkan kepala, menatap Sean dalam dengan tatapan yang tak bisa di artikan. Segala emosi sedang berkumpul menjadi satu pada diri Mensa.
"Sean?"
Raut wajah Sean tetap datar, tidak menunjukkan emosi apapun walau mukanya sudah di penuhi oleh lebam akibat pukulan Lano.
"Kamu kenapa?" walaupun dirinya sudah di perlakukan seperti ini oleh Sean, tetapi Mensa tetap tidak bisa menahan diri untuk mengkhawatirkan Sean.
Karena Mensa tak kunjung bangun, Sean sedikit menarik tangan Mensa agar segera bangun. Masih tidak mengerti ada apa dengan Sean, Mensa tetap mengikuti keinginan Sean.
Tanpa melepaskan gandengan tangan, Sean mengajak Mensa berjalan ke pinggir pantai. Ketika mereka akan menginjak pasir putih, refleks Mensa menahan tangan Sean supaya tidak membawanya lebih dekat dengan pantai.
"No," cicit Mensa.