"Mensa, bukan aku yang ngebela. Tapi kamu yang di jebak sama mereka Sa,"
Mensa melirik Sean, dengan kedua alis terangkat. Raut wajah kepo yang di sembunyikan. Tapi Mensa terlalu gengsi untuk menanyakan apa maksud dari perkataannya.
Tahu Mensa gengsi, Sean mengubah posisinya menjadi duduk di sebelah Mensa, kemudian mulai menceritakan kejadiannya. "Dengerin aku dulu. Habis latihan, Allesia manggil aku. Kita ngobrol biasa, dia nanya tetang pertandingan basket berikutnya karena dia tim cheerleader—"
"Cish, modus," potong Mensa.
"Aku belum selesai Mensa," tegur Sean sesabar mungkin.
Mensa mengangguk malas sembari menatap kuku-kukunya yang belum ia rapihkan minggu ini. Membiarkan Sean kembali bercerita.
"Sebelum kamu masuk ke lapangan indoor, temen basket aku udah ada yang kasih kode kalau ada kamu di depan. Di saat Allesia liat kamu karena posisi aku ngebelakangi kamu, ya pas itu juga Allesia narik tengkuk aku tapi ya kita gak sampai ciuman, cuma—"
