Karena kedua tangan Mensa masih di perban dan belum bisa beraktivitas secara berlebihan, segala kebutuhan Mensa di bantu oleh Sean. sampai-sampai pagi ini sikat gigi pun di bantu oleh Sean. Anehnya, justru Mensa merasa senang ketika Sean menggosok giginya dengan sesekali memberikan kecupan di pipi Mensa secara romantis
Karena luka yang Mensa dapat tidak begitu serius, tidak perlu membutuhkan waktu lama bagi Mensa di rawat. Hanya saja dokter sangat menyarankan Mensa untuk pergi ke psikolog atau lebih di sarankannya lagi Mensa harus pergi ke psikiater.
Awalnya dokter yang menangani Mensa ingin langsung memberi rujukan kepada psikiater, hanya saja Sean menahannya dengan mengatakan bahwa ia perlu meminta konfirmasi kepada Mensa terlebih dahulu. Percuma saja bukan jika Mensa pergi berobat ke psikiater dengan paksaan. Bukan kah hal itu justru semakin memperburuk mental Mensa?
"Mensa," panggil Lano sambil terus menyisiri rambut Mensa.