"Karena manusia yang punya fisik kayak lo, harus mati di tangan gue."
Kepala Mensa terasa semakin pening. Benar kan, dalam keadaan mabuk ataupun tidak Kevan tetap sama berengseknya.
"Are you psycho?"
Kevan melepaskan jambakannya secara kasar. Bahkan Mensa sudah merasakan beberapa helaian rambutnya rontok karena jambakan Kevan.
"Justru orang kayak lo yang berpotensi jadi psycho," desis Kevan.
Sontak Mensa mundur beberapa langkah, mengangkat dagu dan menatap Kevan tanpa rasa takut. Sebelum Mensa sempat melawan, Kevan sudah terlebih dahulu mencengkram kedua tangan Mensa.
"Orang-orang kayak lo, psikopat. Mereka mengelabui korban dengan kecantikan."
Mensa tidak habis pikir dengan smeua alasan tak masuk akal yang Kevan sebutkan. Tanpa bukti, Mensa tidak akan mudah mempercayai semuanya.
"Buktinya?" tantang Mensa.
Tangan kiri Kevan mencengkram kedua tangan Mensa dengan kencang, sementara tangan kanannya beralih ke rahang Mensa.