"Kalau lo berani sentuh dia, gue patahin tangan lo sekarang juga bajingan." Ancam Sean tak main-main. Sorot matanya menunjukkan amarah yang memuncak.
Galang tersenyum sinis. "Oh, ini, pahlawan kesiangannya Mensa," balasnya dengan nada meremehkan.
Sean semakin mengencangkan tangan Galang yang ia tekuk ke belakang. "Apa perlu kepala lo gue benturin lagi supaya lo inget kalau omongan gue gak pernah main-main?"
Galang meronta mencoba melepaskan diri. Setelah memastikan Mensa pergi dengan selamat, barulah Sean melepaskan tangan Galang. Sebab Sean sendiri tidak bisa lama-lama mengancam Galang karena mereka sedang berada di tempat umum. Sean tidak ingin menarik perhatian.
"Sekali lagi gue tau lo macem-macem sama Mensa, habis riwayat lo di tangan gue," ancam Sean sebelum pergi meninggalkan Galang.
"Sialan." Umpat Galang menatapi Sean yang semakin menjauh.
"Tunggu pembalasan gue, Sean."
***