Mensa kini sedang sibuk dihadapan laptop dengan beberapa kamus serta novel di tangannya. Sesekali dirinya meminum kopi yang hampir setiap malam ia minum.
Setelah tiga jam berkutat dihadapan laptop, Mensa merenggangkan tubuhnya dan berniat untuk menghubungi Lano. Mensa segera bangkit dari kursi dan mencari ponselnya ke seluruh penjuru kamar.
Dahi Mensa mengernyit, panik, ia tak bisa menemukan ponselnya dimana pun.
Setelah memeriksa seluruh tempat yang biasa ia taruh ponselnya, Mensa memejamkan matanya sebentar seraya berusaha menenangkan dirinya agar tidak panik. Suatu kebiasan Mensa ketika sedang berusaha mengingat sesuatu yang telah ia lupakan.
"Astaga," Mensa mengacak-acakkan rambutnya.
Bagaimana bisa ia sampai lupa jika nasib ponselnya kini sedang berada di tangan lelaki terangkuh, nyebelin, dingin diantara seluruh populasi laki-laki yang Mensa kenal.