Jaeta meringis pelan memegangi bahu kirinya masuk ke dalam rumah. Dia mengambil posisi duduk di sofa ruang tengah mengistirahatkan dirinya yang terasa lelah.
Pria berkemeja semi formal bercorak itu menyender sambil menatap langit-langit rumah.
"Ya ampun, kenapa jadi kepikiran Anala ya?" gumam Jaeta pendek dengan wajah yang tampak sangat tidak nyaman dengan pikirannya sendiri.
"Jae, gimana kata dokter?" tiba-tiba Jeni datang ikut duduk disamping Jaeta sembari menanyakan keadaan anaknya itu. Tadi Jaeta sempat memberi tahu mamanya itu kalau ia akan ke rumah sakit untuk memeriksakan bahunya.
"Dokter bilang terlalu banyak aktivitas makanya terasa nyeri."
"Emang nya kerasa sakit banget? Sekarang masih sakit?" Jeni penasaran sambil coba meraba pelan bahu puteranya tersebut.