Pagi ini Jaeta duduk melamun sendirian di ruang tengah, pikirannya kosong karena belakangan ini ia terlalu lelah memikirkan banyak hal yang membuatnya bingung dan takut.
"Aku tidak pernah berpikir hidupku akan sedrama ini," hela napas Jaeta tersadar dari lamunannya dan menatap jam dinding yang masih menunjukkan pukul sembilan pagi.
Namun napas Jaeta rasanya tercekat seketika mendapati papanya lewat dan tanpa sengaja mata mereka beradu satu sama lain, entah kenapa Jaeta merasa begitu gugup dan mereka sadar suasana begitu canggung.
Lidah Jaeta kaku padahal ingin bicara, bukankah ini momen yang tepat setelah sejak kemarin ia mencari cara bertemu dan bicara pada sang papa? Sungguh Jaeta merasa bodoh seketika.
"Tidak ke studio?" tanpa disangka Juan lah yang bicara terlebih dahulu pada anak lelaki satu-satunya itu.