"Jangan dipikirkan, tidak akan terjadi apa-apa. Lagipula sikap kita satu sama lain tampak normal kan? Tidak ada yang salah diantara kita, intinya jika ini harus dipikirkan, biar aku saja yang memikirkannya. Oke?" Jawab Jaeta santai berusaha meyakinkan Anala. "Tapi Jae, ak...," ucapan Anala terputus karena bunyi dering ponsel Jaeta yang masih ada di tengah lantai ruangan."Aku lihat siapa yang menelfon dulu," Jaeta agak berlari mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan tersebut. Anala memperhatikan Jaeta yang bicara sambil membelakanginya, malah perlahan Jaeta berjalan menjauh seolah tidak ingin pembicaraannya di dengar Anala. Pergerakan Jaeta tentu membuat Anala penasaran dan mempertajam pendengarannya. Senyum miris hadir diwajah Anala mendengar sebuah nama dari mulut Jaeta. Ia paham sekarang.