Aqila duduk sendiri di gazebo dekat kolam renang. Dia memandang langit yang nampak kemerahan. Hanya seperti ini rutinitasnya sehari-hari selama menjalani kehamilannya. Hari demi hari dia lalui tanpa kehadiran Fadhil di sisinya. Satu hari, satu minggu, dan kini satu bulan sudah Fadhil pergi dan belum juga kembali.
"Aqila, kenapa belum masuk? sudah mau magrib lho Nak. Ayo siap-siap salat sama Mama," ajak Arumi.
"Iya, Ma." Aqila kini tidak pernah lagi membantah. Dia menjadi penurut. Terutama pada Arumi.
Aqila berdiri, lalu berjalan menghampiri Arumi. Sebelum pergi ke mushala keluarga, Aqila menatap dulu ke pintu utama rumah mereka. Berharap Fadhil datang sore ini. Tapi tidak ada.
"Masih mikirin Fadhil?" tanya Arumi. Dia sedih memikirkan Aqila. Apalagi kalau gadis itu sampai tahu keadaan Fadhil saat ini. Tidak. Arumi tidak boleh mengatakannya. Dia tidak ingin Aqila syok jika tahu yang sebenarnya.