Arumi sudah menyiapkan makan malam untuk anak dan calon menantunya. Calon menantu yang entah kapan akan benar menjadi menantu sedangkan Aqila sendiri sampai saat ini belum memberi kepastian menerima Fadhil atau tidak.
"Pasti akan ada cerita baru pertengkaran mereka nanti. Dasar dua anak yang lucu. Pasti seru kali melihat mereka menikah." ucap Arumi sambil menata piring-piring di atas meja.
"Ada apa sih Ma? koq ngomong-ngomong sendiri?" tanya Rayyan yang tiba-tiba memeluk pinggang Arumi dari belakang.
"Aduh.. Eh.. Papa.. ngagetin Mama aja. Kapan Papa pulang? koq telat? sudah salat magrib" Arumi merasa geli dengan sikap Rayyan yang seperti ini.
"Pertanyaannya kayak wartawan aja." Rayyan melepaskan pelukannya lalu duduk di kursi utama yang biasa dia tempati sebagai kepala keluarga. "Maaf tadi perkerjaan Papa banyak sekali, Ma. Papa udah salat di masjid tadi."
"Koq ga ngucap salam waktu mau masuk rumah?"