Rara berfikir keras dengan ucapan yang baru saja dikatakan Yusra. Dia tidak paham apa maksudnya. Dia hanya takut Yusra masih berharap padanya. Terlihat dari sorot mata laki-laki yang pernah menjadi atasannya di kantor itu.
"Aku dulu pernah mengutarakan niatku untuk serius sama kamu. Sepuluh tahun lalu. Tapi kamu waktu itu bilang masih memikirkan karir. Belum kepikiran berumah tangga. Dan akhirnya malah kamu di tugaskan ke Surabaya."
"Maaf Pak. Dulu saya memang belum punya niat untuk berumahtangga."
"Pak Yusra sempat putus asa waktu itu, Ra. Dia bahkan rela menunggumu sampai sekarang. Sampai kamu siap katanya. Aku ga tega melihat laki-laki yang bisa setia seperti Pak Yusra. Udah mapan, tapi cintanya bertepuk sebelah tangan. Sekarang tunggu apa lagi, Ra?" Anggi menyesali perkataannya. Harusnya dia tidak ikut campur dengan urusan Rara dan Yusra.