Keenan melihat Arumi dengan telaten menyuapi dirinya. Ada rasa hangat di dalam hatinya yang selama ini belum pernah ia rasakan. Berdua bersama perempuan dengan jarak sedekat ini. Sebelumnya dia selalu menjaga jarak dengan perempuan, dia hanya takut menjadi korban seperti Omnya, Om Yudha. Om Yudha memang Cinta mati dengan istrinya waktu itu sampai dia tidak sadar telah menyerahkan semuanya kepada istrinya.
Tapi tidak dengan Arumi, Entah kenapa Keenan merasa nyaman dan juga tenang berada di samping Arumi. Sifat Arumi yang mandiri, pekerja keras, dan keibuan membuat dia tersentuh hatinya.
Arumi merasa Keenan mencuri-curi pandangan pada dirinya. Itu membuat Arumi menjadi salah tingkah. Walau bagaimanapun selama dia di Garut, Keenan adalah salah satu orang yang yang berperan dalam hidupnya. Secara tidak langsung Keenan banyak membantunya, melindungi dia dan kadang ikut menjaga kedua buah hatinya.
" Rum, Maaf coba lihat jilbab mu. Jilbabmu basah. Sebaiknya kamu Cepat pulang ke rumah. Aku nggak papa kok ditinggal sendiri. " Keenan tahu kalau Arumi harus segera menyusui anaknya, mungkin Arumi tidak menyadari kalau air susunya telah merembes sampai ke jilbabnya.
Arumi kemudian melihat jilbabnya yang basah. Dia malu kepada Keenan. Memang benar rasanya sangat kencang. Arumi bahkan lupa untuk membawa pompa asi saat akan berangkat ke pabrik tadi. Arumi juga tidak berpikiran kalau sampai membawa Keenan ke rumah sakit. Mungkin memang benar dia harus pulang sekarang.
" Oh iya Mas Keenan maaf. Mungkin memang sudah saatnya saya pulang ke rumah. Saya harus menyusui exel dan Aqila. "
"Iya,Rum tidak apa-apa kamu pulang saja."
"Saya tinggal dulu ya Mas. Besok pagi Saya akan datang lagi untuk menjenguk Mas Kenan."
" Iya. Hati-hati di jalan. Nanti biar Pak Ujang yang nganterin kamu pulang. "
" Iya Mas Keenan.makasih."
Arumi berjalan keluar rumah sakit dia menutupi jilbab yang basah dengan tas. Iya butuh juga. memompa Asi-nya saat ini pada. Semoga persediaan ASI dalam freezer masih cukup untuk diminum Exel dan Aqila untuk malam ini.
Di rumah sakit Keenan tersenyum-senyum sendiri, dia tidak pernah merasakan perasaan yang seperti ini sebelumnya. Ia sangat bahagia ketika berada dekat dengan Arumi. Arumi yang selalu perhatian.
Dia merasa kali ini sakitnya adalah keberuntungan. Ada bagusnya dia bisa masuk rumah sakit, Jadi dia bisa merasakan perhatian Arumi yang begitu besar kepadanya. Apalagi setelah mendengar panggilan baru Arumi untuknya, Keean makin berbunga-bunga hatinya. Sepertinya yang dia rasakan ini memang benar-benar cinta. Sekuat apapun dia menahan perasaan ini dan mengingkari kalau itu bukan cinta, nyatanya sekarang dia harus mengakui bahwa yang dia rasakan itu adalah cinta. Baru saja ditinggal Arumi 10 menit, Keenan sudah sangat merindukannya itu adalah salah satu ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta bukan?.
Sesampainya di rumah, Arumi langsung melihat Exel dan Aqila. Ternyata mereka berdua sedang tidur.
"Bu Fatma, apa Exel dan Aqila tadi rewel?"
" Tidak mbak Arumi, sejak kamu pergi tadi Exel dan Aqila tidur dengan nyenyak. Mereka sama sekali tidak rewel. Mungkin mereka tahu kalau ibu mereka sedang mengurusi calon ayah mereka. " ucap Bu Fatma sambil menggoda Arumi.
"Ah Bu Fatma ada-ada aja."
Setelah mendengar ucapan dari Bu Fatma, Arumi bergegas untuk memompa ASI nya. Rasanya benar-benar seperti mau meledak.
Arumi memang terbiasa untuk memompa asi-nya dan alhamdulillah produksi asinya memang sangat melimpah. Sehingga dia sampai menaruhnya di dalam botol-botol kaca dan disimpan di dalam freezer yang dibelikan Bu Ema untuknya. Dia jadi lebih tenang juga meninggalkan si Kembar saat bekerja. Karena stok Asi begitu banyak.
Waktu dia memompa asi-nya, dia jadi ingat ketika tadi Keenan sempat mengingatkannya kalau aslinya telah merembes ke jilbabnya ia berharap semoga Keenan tidak berpikiran yang macam-macam.
Kesokan harinya, Arumi telah siap setelah memandikan Exel dan Aqila. Dia seperti seorang ibu yang harus mengurus suami dan anaknya kali ini. Dia harus kembali ke rumah sakit pagi ini untuk menjaga Keenan. Sedangkan dirumah, Excel dan Aqila dia titipkan kepada Bu Fatma dan juga babysitter nya.
Hari ini terpaksa Arumi tidak berangkat bekerja, dia telah menghubungi intan dan Mita karena dia harus menjaga keenan. Intan pun memaklumi.
"Iya Teh Tidak apa-apa kok. Tolong dijaga ya calon suaminya." Goda Intan saat Arumi menelponnya tadi pagi.
Arumi berharap teman-temannya tidak salah paham dengan hubungannya dan Keenan. Arumi melakukan semua ini atas dasar kemanusiaan. Karena Bu Ema sendiri yang memintanya untuk menjaga Keenan.
Sesampainya di rumah sakit Arumi langsung menuju ke kamar Keenan untuk memastikan keadaan Keenan.
"Assalamualaikum Mas Keenan." Sapa Arumi Saat memasuki ruangan Keenan.
"Waalaikumsalam Arumi." Keenan merasa hatinya sangat bahagia, saat Arumi datang menjenguknya. Kedatangan Arumi sudah cukup untuk membuatnya sembuh. Orang sakit itu memang harus bahagia, kalau dia bahagia kemungkinan untuk sembuh akan lebih cepat. Dan kehadiran Arumi membuat Keenan bahagia dan juga semangat untuk sembuh.
"Mas Keenan sudah makan?"
"Belum Arumi, itu makanannya di atas meja." Arumi pun menoleh ke atas meja, melihat makanan yang belum tersentuh sedikitpun.
Keenan memang sengaja menunda makannya, menunggu sampai Arumi datang. Karena dia ingin disuapin lagi oleh Arumi seperti tadi malam.
" Jangan bilang ya Mas Keenan pengen disuapin lagi kayak tadi malam. " Keenan menoleh kearah Arumi, Arumi ternyata tahu apa yang ada dipikirannya.
"Enggak kok, cuma belum pengen makan aja. " Keenan berbohong untuk menutupi gengsinya.
"Ya udah sini aku suapin."
Keenan tersenyum ke arah Arumi, momen seperti ini jarang terjadi. Jadi dia akan memanfaatkan sebaik mungkin untuk lebih dekat dengan Arumi dan memastikan perasaannya pada Arumi.
" Mas kenapa senyum-senyum? "
"Ah enggak kok, cuma lagi senang aja." Arumi hanya menanggapinya dengan senyuman. Dia tidak mau ke gr-an dan merasa Keenan menyukainya. Dia tidak ingin kecewa untuk yang kedua kalinya. Dia juga masih trauma untuk menjalin hubungan dengan laki-laki. Walaupun dia yakin Keenan tidak akan melakukan perbuatan seperti Rayyan.
Tapi sikapnya yang selalu berpikir positif, dia yang tadinya yakin kepada Rayyan, dibuat mencintai sekaligus membenci dalam waktu yang bersamaan. Dan itu yang membuat luka Arumi sampai saat ini belum mengering sepenuhnya. Meski dia berusaha untuk membuka hatinya kepada orang lain, tetap saja ada pembatas dalam hatinya. Enggan menerima orang baru lagi. Tidak ada yang bisa memastikan Kan? kalau Keenan yang terlihat baik, suatu hari akan bertindak yang sama seperti Rayyan?
"Makan yang banyak, biar cepet sembuh."
"Kamu ini bawel sekali Arumi."